Mereka tidak tahu, mereka sedang menandatangani kontrak. Tanpa membaca syaratnya.
Di ruang UKS yang sesak, Asna menatap langit-langit, mulutnya setengah terbuka.
Mala meringkuk seperti janin.
Raffa menyisir rambutnya berulang-ulang, tersenyum puas.
Seorang kakek kurus datang. Sorot matanya keruh. Tenang.
Ia mendekati Dio terlebih dahulu.
"Kamu yang paling sadar," katanya. "Maka kamu yang paling tersiksa. Karena kamu tahu ini nyata."
Dio tak menjawab.
Kakek itu menumpangkan tangan ke dahi Asna dan Mala. Mereka gemetar, lalu tenang.
Tapi saat ia mendekat ke Raffa, bocah itu menghentikan gerakannya. Matanya menyala menantang.
"Pergilah, orang tua," desisnya. Dua suara. Raffa... dan sesuatu yang lain.
"Rumah ini sudah ada penghuninya."
"Rumah ini pinjaman," balas sang kakek. "Dan waktu sewanya sudah habis."
Lampu berkedip. Padam.