Prof. Mathias Weske:
"Ada! Google Glass! Data pasar menunjukkan tren wearable technology naik, tapi mereka lupa mempertimbangkan faktor sosial: orang tidak nyaman pakai kacamata pintar di depan umum!"
Cak Lontong:
"Jadi kalau hanya mengandalkan data tanpa memahami konteks sosial, bisa gagal juga ya?"
Prof. Hajo A. Reijers:
"Tepat! Data-driven decision-making itu bagus, tapi tetap harus dikombinasikan dengan pemahaman manusia!"
Kesimpulan Segmen 2: Data vs. Intuisi -- Harus Seimbang!
Cak Lontong:
"Oke, dari segmen ini kita bisa simpulkan:
Keputusan berbasis data bisa lebih akurat, tapi tidak selalu bisa memprediksi masa depan.
Data hanya mencerminkan masa lalu, jadi tetap butuh intuisi dan kreativitas manusia!
Perusahaan yang hanya mengandalkan data tanpa mempertimbangkan konteks bisa gagal, seperti Google Glass!"
Prof. Hajo A. Reijers:
"Tepat! Data itu alat bantu, tapi bukan satu-satunya faktor dalam pengambilan keputusan!"
Prof. Mathias Weske:
"Dan AI bisa membantu mengolah data, tapi tetap butuh manusia untuk menafsirkan dan mengambil keputusan!"
Cak Lontong:
"Wah, luar biasa diskusi hari ini! Di segmen berikutnya, kita akan membahas Future Scenarios! Apakah di masa depan AI bisa mengambil alih semua keputusan bisnis? Jangan ke mana-mana, hanya di BPM Battle -- The Great Process Debate!"
Jingle BPM Battle
To be continued di segmen berikutnya...
Segmen 3: Future Scenarios -- Apakah AI Akan Menggantikan Semua Keputusan Bisnis?
Jingle BPM Battle
Cak Lontong:
"Selamat datang kembali di BPM Battle -- The Great Process Debate! Sebelumnya kita sudah membahas kelebihan dan kelemahan keputusan berbasis data dan menyimpulkan bahwa data itu penting, tapi manusia tetap harus punya peran! Nah, sekarang kita masuk ke topik yang lebih futuristik: Apakah di masa depan AI akan mengambil alih semua keputusan bisnis?"