Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Bisnis di Masa Depan: Masih Butuh Manajer atau Serahkan Semua ke AI?

15 Maret 2025   04:00 Diperbarui: 18 Maret 2025   12:12 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.bing.com/images/create/fotografi-hyper-realistik-futuristik-yang-menggamb

Cak Lontong:
"Oke, Profesor, pertanyaan pertama: Mengapa keputusan berbasis data dianggap lebih baik daripada intuisi manusia?"

Prof. Mathias Weske:
"Karena data tidak bohong! Jika dianalisis dengan benar, data bisa menunjukkan pola yang membantu kita mengambil keputusan yang lebih rasional dan terukur!"

Prof. Hajo A. Reijers:
"Itu benar, tapi ada kelemahannya: Data hanya mencerminkan masa lalu! Jika ada perubahan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, data tidak bisa membantu!"

Cak Lontong:
"Wah, jadi kalau perusahaan hanya mengandalkan data, bisa-bisa kayak orang yang nyetir mobil sambil lihat kaca spion terus?"

Prof. Mathias Weske:
"Haha! Analogi yang tepat! Data bagus untuk memahami tren, tapi tidak bisa selalu memprediksi masa depan dengan sempurna!"

Cak Lontong:
"Jadi intinya, data itu alat bantu, bukan jawaban akhir?"

Prof. Hajo A. Reijers:
"Tepat sekali!"

Round 2: Kasus Nyata -- Data vs. Intuisi

Cak Lontong:
"Oke, sekarang saya mau dengar contoh nyata! Adakah perusahaan yang sukses karena mengambil keputusan berbasis data, dan adakah yang gagal karena terlalu bergantung pada data?"

Prof. Mathias Weske:
"Contoh sukses: Netflix! Mereka menggunakan algoritma berbasis data untuk merekomendasikan film kepada pengguna, sehingga pelanggan terus berlangganan!"

Prof. Hajo A. Reijers:
"Contoh gagal: Blockbuster! Mereka dulu punya data pelanggan, tapi tetap menggunakan intuisi lama dan tidak melihat tren digital yang berkembang. Akhirnya kalah oleh Netflix!"

Cak Lontong:
"Wah, ini contoh klasik! Tapi ada nggak kasus di mana data malah bikin perusahaan salah ambil keputusan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun