Sampailah pagi disaat azan subuh, si Ananda bisa lahir dengan normal, lengkap tanpa kekurangan suatu apapun masya allah...Alhamdulillah ya allah.
Di Kota ini, saya dan suami sesama perantau, jauh dari Orang tua. Mulai lah perjuangan fase ke-2 kami dimulai. Mulai dari kesibukan suami setelah saya selesai bersalin, harus membersihkan baju-baju dan mengubur ari-ari, dan saya mau tidak mau harus tinggal sendirian di rumah sakit.
Setelah istirahat dari selesai bersalin, the angat pertama yang di minum luar biasa rasanya. Benar-benar pada saat ini kita membutuhkan support dari keluarga terdekat, baik itu sosok seorang ibu, ataupun saudara perempuan kita. Tindakan yang saya dan bapaknya anak saya waktu itu yang kami lakukan adalah salah, kami sepakat tidak ingin mengganggu keluarga besar, namun yang saya rasakan kita harus meminta bantuan.
Tangis pertama setelah selesai melahirkan. Kebaperan saya dimulai kembali malah lebih hebat setelah melahirkan, yang menyebabkan saya merasakan BABY BLUES SYNDROM yang cukup parah.
Di mulai setelah istirahat sehabis melahirkan, saya terbangun dalam keadaan lapar, haus, dan ingin buang air kecil. Namun untuk bangun serta jalan ke toilet kamar benar-benar butuh perjuangan. Dunia serasa berputar-putar karena anemia, dan setiap langkah luar biasa berat dan menyakitkan, lagi-lagi sambil menangis saya berjuang sendiri di kamar VIP ini, karena ketidak tahuan, tidak memanggil suster juga untuk meminta pertolongan, sambil menangis akhirnya saya bisa buang air kecil di toilet... antara sakit, lelah, sedih, kecewa... energinya gelap sekali serta menyakitkan.
(bila ingat lagi perasaan itu masih ingin nangis rasanya ...)
Siangnya saya meluapkan amarah pertama saya ke suami kenapa lama sekali urusan diluarnya tidak menemani saya yang kesulitah di kamar. Itulah awal mulai baby blues syndrome saya,
Berlanjut, drama selanjutnya. Saya tidak ada keinginan untuk memberikan ASI kepada bayi saya, tidak ada rasa syukur yang berlimpah atas kehadirannya...yaa allah...
Dikarenakan penolakan dan gejolak rasa di diri saya, bayi saya yang tidak berdosa dan bersalah harus merasakan kurang kasih sayang dari bunda tercinta.
Apabila ada teman atau saudara yang berkunjung, saya hanya menangis, menangis, setiap proses pada saat sulit menyusui saya menangis, anak tidur saya menangis.. benar2 parah gejalanya.
Pernah pada suatu waktu bayi saya sedang kholik (menangis tidak jelas)... saya sudah coba kasih susu, masih nangis, saya gendong, masih menangis, memang saya belum dalam tahap sabar dalam menerima kodrat sebagai seorang ibu.