Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kambing Jantan Ibumu (Bagian 3)

17 November 2019   12:03 Diperbarui: 17 November 2019   12:16 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tetangga kadang bertandang ke rumahmu. Ngobrol dengan ibumu yang ramah. Jika mereka perempuan, ibumu akan menyilakan mereka masuk. Jika laki-laki, maka ia akan bicara secukupnya saja, lalu terburu-buru masuk dengan berbagai alasan. Tak lupa menutup pintu.

Salah satu dari sekian banyak bahasan mereka yang sering kaudengar, adalah tentang ayahmu dan keluarganya. Dari cerita mereka, sedikit-sedikit ada informasi yang kaudapat. Bahwa ayahmu tinggal di tempat yang jauh. Kadang ia sengaja kemari, menitipkan uang pada tetangga, yang tak pernah mau ibumu terima. Ia hanya lewat, tak berani mampir. Sebab nenekmu akan memarahinya. Yang terakhir itu kata ibumu.

Kali itu, Selasa malam. Seorang teman ibumu mengabari, bahwa ayahmu sakit. Ia koma berhari-hari di rumah sakit. Ibumu mungkin ingin membesuknya, kau tak tahu pasti. Tapi sejak saat itu, ia tak pernah lagi menceritakan kejelekan ayahmu ataupun keluarganya.

"Doakan ayahmu sembuh," begitu pinta ibumu di kali yang lain. Setelah satu bulan kembali bertemu dengan temannya yang dulu mengabari keadaan ayahmu.

Kau bilang kau tak akan peduli.

"Hormati yang lebih tua. Bagaimana pun, ia tetap ayahmu. Ibu terkadang masih mengharapkan ia kembali." Ibumu hanya sanggup mengucapkan tiga kalimat itu, selebihnya ia habiskan waktu semalaman untuk menangis.


Entah apa yang kemudian terjadi. Sejak hari itu, tak kau dengar lagi cerita tetangga, ataupun teman ibumu, tentang Ayah.

Tak sampai satu tahun kemudian, ibumu wafat karena tuberculosis.

---

Seseorang menggedor keras pintu rumahmu. Segera roboh jika tak kau kejar berlari membukanya. Pak Ali di muka pintu, mengomandoi dua orang laki-laki di belakangnya. Tanpa menunggu izinmu, ketiganya menerobos masuk hingga ke kamar.

Dua centeng itu menalikan Nur, membawanya segera tanpa pamit. Tinggallah Pak Ali yang kembali berkacak pinggang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun