Mohon tunggu...
TONI PRATAMA
TONI PRATAMA Mohon Tunggu... Administrasi - Kepala Bagian Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Daerah Bangka Selatan

Saya mulai fokus menulis sejak tahun 2023 dengan menerbitkan 2 buku solo dan belasan buku antologi. Salah satu karya saya berupa novel diterbitkan penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP) Gramedia Group. Prestasi yang pernah saya raih yaitu juara 1 lomba menulis cerita rakyat yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Bangka Belitung tahun 2023. Menulis dan membaca tentu menjadi kegiatanku saat waktu luang. Semoga bisa terus berkarya, karena ada kalimat yang sangat menginspirasiku: JIKA KAMU INGIN MELIHAT DUNIA MAKA MEMBACALAH, JIKA KAMU INGIN DILIHAT DUNIA MAKA MENULISLAH!

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dharma Habangka (Bagian 3-Tamat)

14 Mei 2024   10:46 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:59 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dharma Habangka (bagian 3-tamat)

Rendy memutuskan untuk tidak meneruskan kuliahnya di Jakarta. Ia harus tetap bersama keluarganya di Toboali. Bersama-sama memulihkan luka. Ia menyadari bahwa sekarang tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga ada di pundaknya. Kedua adiknya masih memerlukan biaya pendidikan. Ibu sering jatuh sakit sejak kejadian yang menimpa ayah dan Arif. Sebagai anak sulung, ia harus menjadi garda terdepan, tiang utama penopang keluarga.

"Ibu, Rendy akan membuka sebuah sanggar seni," kata Rendy memohon restu dari ibunya.

"Oh,ya? Apa pertimbangannya, Ren?" tanya ibu.

"Pertama, Rendy yakin dengan kemampuan seni yang telah Rendy kuasai selama ini. Kedua, di Toboali ini sanggar seni masih terbilang sedikit. Ini artinya peluang bisnis kita masih terbuka lebar. Lalu yang terakhir, beberapa teman Rendy siap membantu," jelas Rendy panjang lebar dengan nada percaya diri yang tinggi.

"Baiklah, Anakku. Ibu akan mendukungmu juga! Lakukanlah sesuai hati dan jiwamu! Pesan ibu hanya satu, selalu lakukan yang terbaik!" restu ibunya.

"Terima kasih, Ibu! Pesan ibu akan Rendy ingat!"

Merintis sebuah usaha sanggar seni tentulah tidak semudah membalik telapak tangan. Berbagai tantangan dan masalah datang silih berganti. Kekurangan modal, kekurangan sumber daya manusia, bahkan sekedar untuk tempat latihan pun masih numpang sana sini. Namun Rendy menyadari bahwa semua itu adalah proses yang harus dilalui. Tidak ada kesuksesan yang diraih dalam waktu semalam. Tekadnya yang kuat dan kedisiplian kinerjanya, Rendy menerobos semua hambatan yang ada. Ia bangkit bagaikan tunas baru yang menyongsong cakrawala.

"Sanggar siapa itu?"

"Itu lho, sanggar baru punyanya anak Almarhum Pak Jikrin."

"Ohhh...sanggar baru toh? Pantesan nggak pernah denger sebelumnya. Emangnya anak Pak Jikrin itu umur berapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun