"Percuma. Orang-orang akan menemukanku, tidak disembelih di sini, akan disembelih di tempat lain."
Kau berjalan ke kamar, membiarkannya di ruang lain. Sialnya kamarmu tak berpintu, dan ia seenaknya saja mengibaskan gorden.
"Tak mengapa aku mati. Tapi sebelumnya aku ingin melihat kau bahagia."
Kau membalik badan yang semula telentang di atas dipan. Kau jelajahi wajah kambing itu.
"Kalau kau belum bisa mendapatkan istri dan jadi orang yang mapan, biarlah aku hidup dulu untuk membantumu."
"Saranku, kau pergi saja ke Pak Ali, lalu bicara padanya seperti kau bicara padaku. Aku yakin, ia akan menggantimu dengan kambing yang lain."
"Lalu aku dipamer-pamerkan di depan televisi, ditonton orang beribu-ribu, ditawar orang kaya, atau dituduh siluman oleh dukun."
"Kau kan bukan babi. Mana ada kambing ngepet."
"Tolonglah aku, Nak. Biar aku bisa menebus salahku."
"Kau ini siapa?" tanyamu, mulai menebak-nebak.
---