"Kau tahu, sudah tanggal berapa ini?" tanyanya.
"Aku tak punya kalender," jawabmu tenang.
"Sebentar lagi kambing itu akan disembelih. Kalau dia hilang, tak jadi untuk kurban, dengan apa kau menggantinya?"
"Tidak akan kuganti, aku tidak mencurinya."
"Membawa kemari tanpa izin, itu bukan mencuri?"
"Iya, mencuri. Tapi aku tidak membawa kambingmu. Saksiku banyak, teman-temanku sejak magrib di sini. Sebelum pulang mereka sudah melihat kambingmu di luar."
"Di luar, Â kan? Bukan di dalam kamar."
"Apa susahnya masuk ke rumah ini? Kambing yang lebih dulu lahir pun, yang tua dan kurus, bisa masuk kemari tanpa izin." Hilang sudah wejangan ibumu.
"Oh, sudah hebat kau sekarang. Berani kau padaku!" orang tua itu membusungkan dadanya, kedua genggamannya mengepal.
Kau maju selangkah, mengingatkan bahwa tinggi tubuhmu jauh melampauinya. Sambil menunduk, untuk melihat wajahnya, kau dorong dadamu ke dagunya. Tubuh tua itu terjerembab. Kepalan tangannya terbuka begitu saja, ia berdiri pelan-pelan sambil membersihkan pakaiannya, yang ia perkirakan akan kotor karena jatuh di lantai tanah.
Tanpa menoleh, tanpa permisi, orang tua kurus itu pergi.
BERSAMBUNGÂ