Mohon tunggu...
Didik Prasetyo
Didik Prasetyo Mohon Tunggu... Live - Love - Life

Menulis adalah cara untuk menyulam hidup dan mengabadikan kasih yang tak lekang oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tenggara, Kota yang Lupa Caranya Tumbuh

7 Agustus 2025   10:41 Diperbarui: 7 Agustus 2025   10:50 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di warung kopi dekat rel, para pekerja harian bicara soal lubang jalan.

"Kok tiap tahun digali lagi ya, bro?"

"Biar rakyat ingat kalau pembangunan itu nyata."

"Tapi tiap kali digali, malah banjir."

"Namanya juga gali masa depan. Kadang nggak tahu mau ditanam apa."

Kami semua tertawa. Tapi aku tahu, tawa kami itu seperti kertas bekas: pernah berguna, kini hanya pelengkap.

Kadang aku temukan potongan puisi di koran lama yang tercecer:

Tenggara ini kota manja
Minta dipuji padahal belum kerja
Spanduk besar, janji raksasa
Tapi rakyat tetap masak pakai kayu bakar di pojok dapur tua

Aku tak tahu siapa penulisnya. Tapi puisinya lebih jujur dari banyak pidato.

Sore tadi ada berita di TV lokal: Walikota meresmikan trotoar digital.
Bukan yang bisa diinjak, tapi yang bisa dibayangkan lewat QR code.

Katanya, rakyat diajak berimajinasi tentang masa depan.
Ada simulasi warna batu, suara burung, bahkan jenis pohon yang belum tentu ditanam.

Kaos gratis dibagikan dengan slogan:

"Tenggara Bangkit! Walau Cuma di Pikiran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun