Kisah Omjay kali ini tentang kehebatan dosen di perguruan tinggi negeri. Mereka adalah Dosen-Dosen Hebat IKIP Jakarta, sekarang namanya UNJ dan berkat mereka ada Cahaya Perjalanan Akademikku hingga kini.
Setiap orang yang berhasil meraih puncak pendidikan tinggi tentu memiliki kisah panjang di baliknya. Tidak ada kesuksesan yang berdiri sendiri. Mari kita berdoa untuk keselamatan negeri.
Ada doa, ada dukungan keluarga, dan tentu ada peran besar para pendidik yang dengan ketulusan hatinya membimbing mahasiswanya.
Itulah yang saya rasakan dalam perjalanan panjang menempuh pendidikan di IKIP Jakarta, yang kini dikenal dengan nama Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Jika saya bisa berdiri hari ini dengan gelar akademik doktor di bidang Teknologi Pendidikan, maka itu semua adalah buah dari bimbingan, arahan, dan keteladanan para dosen hebat yang pernah hadir dalam hidup saya.
Langkah Awal di IKIP Jakarta
Saya masih ingat pertama kali menjejakkan kaki sebagai mahasiswa baru di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro IKIP Jakarta di tahun 1990.
Suasana kampus kala itu sederhana, namun penuh semangat akademik. Di sana, saya pertama kali bertemu dengan dosen yang sekaligus menjadi penasihat akademik saya: Pak Muslim Muchtar. Saya sempat main ke rumah beliau di Bintara Bekasi.
Beliau bukan hanya seorang dosen yang paham betul tentang bidang ilmunya, tetapi juga seorang pembimbing kehidupan.
Setiap kali saya merasa bingung, baik dalam perkuliahan maupun urusan pribadi, beliau selalu hadir dengan nasihat yang menenangkan.
Di bawah bimbingannya, saya belajar bahwa kuliah bukan hanya soal nilai, tetapi juga tentang membangun karakter dan integritas.
Skripsi: Tantangan yang Mengasah Ketekunan di 1994
Perjalanan kuliah tidak lengkap tanpa proses menulis skripsi. Saat itu saya mendapat bimbingan dari dua dosen luar biasa: Pak Edi Sutadi (almarhum) dan Pak Irzan Zakir. Keduanya dengan sabar membimbing saya yang kala itu masih kaku dalam menulis karya ilmiah. Mereka menuntun saya untuk teliti, sabar, dan tekun dalam menyelesaikan penelitian.
Proses skripsi memang penuh lika-liku. Namun, berkat bimbingan mereka, saya berhasil melewati tahap ini. Saat ujian sidang skripsi, saya diuji oleh Pak Rusmono dan Pak Karjo, dua dosen yang tegas tetapi bijaksana. Dari mereka, saya belajar bagaimana mempertanggungjawabkan karya akademik dengan rasa percaya diri dan sikap ilmiah.
Saya juga tidak bisa melupakan Pak Itang atau Pak Readisyal Monantum yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi. Mereka menjadi penopang tambahan ketika saya hampir menyerah. Kehadiran mereka adalah bukti nyata bahwa dosen bukan hanya pengajar di kelas, melainkan juga pendamping kehidupan mahasiswa.
Dosen-Dosen yang Menginspirasi
Selama masa kuliah S1, saya beruntung mengenal banyak dosen baik hati yang memberikan warna dalam perjalanan akademik saya.
Bu Erda, dosen komputer, yang selalu sabar menghadapi mahasiswa dengan berbagai keterbatasan pengetahuan teknologi di zamannya.
Pak Bunawan, dosen matematika, yang mengajarkan logika berpikir runtut dalam menghadapi persoalan hidup.
Pak Bambang DK, dosen fisika, yang dengan kesederhanaannya tetap menyalakan semangat belajar.
Pak Zulkifli Lubis, dosen Agama Islam, yang tidak hanya mengajar teori tetapi juga menanamkan nilai-nilai akhlak mulia.
Dan masih banyak dosen hebat IKIP Jakarta lainnya yang omjay lupa namanya. Kalau ketemu kawan-kawan alumni pasti ingat lagi.
Mereka semua meninggalkan jejak kebaikan yang sampai hari ini masih saya kenang.
Melangkah ke Pascasarjana
Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di tahun 1994, saya melanjutkan studi ke jenjang S2 tahun 2007. Saat itu, saya mendapat bimbingan dari tokoh besar dunia pendidikan Indonesia: Prof. Dr. Conny Semiawan, mantan Rektor IKIP Jakarta. Nama beliau sangat harum, bukan hanya karena kepakarannya, tetapi juga karena kepeduliannya terhadap mahasiswa. Beliau membimbing tesis saya dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
Selain itu, ada juga Prof. Dr. Diana Nomida, Kaprodi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNJ, yang dengan penuh perhatian memberikan arahan agar penelitian saya memiliki arah yang jelas dan bermanfaat. Dari kedua tokoh ini, saya belajar tentang arti pentingnya pendidikan berbasis penelitian dan inovasi. Alhamdulillah tahun 2009 omjay selesai kuliah S2.
Perjalanan S3: Jalan Panjang Menuju Gelar Doktor tahun 2014 hingga 2022.
Langkah berikutnya adalah jenjang pendidikan S3. Di sinilah saya benar-benar diuji. Saya dibimbing oleh Prof. Dr. Basuki Wibawa dan Prof. Dr. Asmaniar Z. Idris. Keduanya adalah sosok guru besar yang luar biasa, penuh wibawa namun tetap rendah hati. Pak Basuki Wibawa tinggal di Bekasi.
Sayangnya, Prof. Asmaniar wafat di tengah perjalanan saya menyelesaikan studi. Kehilangan beliau tentu sangat terasa. Namun, kemudian saya mendapat pembimbing pengganti yaitu Prof. Dr. Robinson Situmorang, yang melanjutkan estafet bimbingan hingga akhirnya saya bisa menyelesaikan disertasi dengan baik.
Alhamdulillah, pada tahun 2022, akhirnya saya berhasil meraih gelar doktor Teknologi Pendidikan. Momen itu menjadi bukti nyata bahwa kerja keras, doa, dan bimbingan para dosen yang tulus akhirnya membuahkan hasil.
Terima Kasih Tak Terhingga
Di balik semua capaian akademik yang saya raih, ada nama-nama yang tidak boleh dilupakan. Pak Supriyanto, yang kini menjadi guru besar UNJ, serta Pak Supriyono, yang ikut membantu saya menyelesaikan skripsi, juga memiliki tempat khusus di hati saya. Tanpa mereka, mungkin perjalanan saya tidak akan semulus ini.
Mereka semua---dari dosen muda hingga profesor senior---adalah cahaya dalam perjalanan akademik saya. Mereka bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik, membimbing, dan mendoakan.
IKIP Jakarta: Kini Menjadi UNJ
IKIP Jakarta telah berubah menjadi Universitas Negeri Jakarta, dengan wajah baru yang lebih modern. Namun, bagi saya, kenangan tentang kampus lama dan para dosennya tidak pernah pudar. Dari kampus inilah saya belajar arti perjuangan, ketekunan, dan pengabdian.
Penutup: Warisan Para Dosen Hebat
Hari ini, setelah sholat tahajud ketika saya menulis kisah ini, hati saya penuh rasa syukur. Semua yang saya raih tidak mungkin terjadi tanpa peran para dosen hebat IKIP Jakarta. Mereka adalah sosok-sosok yang mengajarkan saya bukan hanya ilmu, tetapi juga kehidupan.
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua dosen yang pernah hadir dalam perjalanan saya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda.
Gelar doktor yang saya sandang hari ini bukan hanya milik saya, tetapi juga milik mereka semua. Karena tanpa mereka, saya hanyalah seorang mahasiswa biasa yang mungkin tidak pernah sampai ke titik ini.
Inilah Kisah Omjay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd. Â Guru Blogger Indonesia | Alumni IKIP Jakarta atau Universitas Negeri Jakarta dan sekjen IKATAN GURU TIK PGRI.
Salam blogger persahabatan
Wijaya Kusumah - Omjay- Kakek Jay
Guru blogger Indonesia
Blog https://wijayalabs.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI