Setiap kali saya merasa bingung, baik dalam perkuliahan maupun urusan pribadi, beliau selalu hadir dengan nasihat yang menenangkan.
Di bawah bimbingannya, saya belajar bahwa kuliah bukan hanya soal nilai, tetapi juga tentang membangun karakter dan integritas.
Skripsi: Tantangan yang Mengasah Ketekunan di 1994
Perjalanan kuliah tidak lengkap tanpa proses menulis skripsi. Saat itu saya mendapat bimbingan dari dua dosen luar biasa: Pak Edi Sutadi (almarhum) dan Pak Irzan Zakir. Keduanya dengan sabar membimbing saya yang kala itu masih kaku dalam menulis karya ilmiah. Mereka menuntun saya untuk teliti, sabar, dan tekun dalam menyelesaikan penelitian.
Proses skripsi memang penuh lika-liku. Namun, berkat bimbingan mereka, saya berhasil melewati tahap ini. Saat ujian sidang skripsi, saya diuji oleh Pak Rusmono dan Pak Karjo, dua dosen yang tegas tetapi bijaksana. Dari mereka, saya belajar bagaimana mempertanggungjawabkan karya akademik dengan rasa percaya diri dan sikap ilmiah.
Saya juga tidak bisa melupakan Pak Itang atau Pak Readisyal Monantum yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi. Mereka menjadi penopang tambahan ketika saya hampir menyerah. Kehadiran mereka adalah bukti nyata bahwa dosen bukan hanya pengajar di kelas, melainkan juga pendamping kehidupan mahasiswa.
Dosen-Dosen yang Menginspirasi
Selama masa kuliah S1, saya beruntung mengenal banyak dosen baik hati yang memberikan warna dalam perjalanan akademik saya.
Bu Erda, dosen komputer, yang selalu sabar menghadapi mahasiswa dengan berbagai keterbatasan pengetahuan teknologi di zamannya.
Pak Bunawan, dosen matematika, yang mengajarkan logika berpikir runtut dalam menghadapi persoalan hidup.
Pak Bambang DK, dosen fisika, yang dengan kesederhanaannya tetap menyalakan semangat belajar.