Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Home

Orang Tua Marah dan Anak Ngambek: Bagaimana Mengelola Emosi dalam Keluarga?

16 September 2025   18:40 Diperbarui: 16 September 2025   21:51 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngambek adalah ekspresi wajar dari anak. Jangan langsung menganggapnya sebagai perlawanan. Dengarkan dulu apa yang membuatnya tersinggung. Beri waktu bagi anak untuk menenangkan diri. Setelah itu, orang tua bisa mengajaknya berbicara secara lembut. Jika ngambek muncul berulang kali, berarti anak sedang mencari perhatian lebih, dan orang tua perlu mengatur waktu berkualitas bersama mereka.

4. Bolehkah ayah atau ibu marah di dalam rumah tangga?

Marah adalah emosi manusiawi, termasuk bagi orang tua. Namun, yang perlu diperhatikan adalah cara mengekspresikannya. Marah yang meledak-ledak hanya akan menambah luka, sementara marah yang terkendali justru bisa mendidik. Misalnya, menegur anak dengan nada tegas tetapi tetap menjaga pilihan kata. Marah boleh, asal disampaikan dengan sadar dan bertujuan mendidik, bukan melampiaskan frustrasi.

5. Bolehkah seorang anak juga menyatakan emosi marah kepada orang tua di zaman now?

Di era sekarang, anak-anak lebih berani menyatakan perasaan, termasuk marah kepada orang tua. Hal ini tidak selalu buruk, asal tetap dalam batas sopan santun. Orang tua sebaiknya memberi ruang bagi anak untuk mengungkapkan perasaan. Justru ketika anak mampu jujur menyatakan emosi, relasi keluarga akan lebih sehat. Tugas orang tua adalah mengarahkan agar anak menyampaikan kemarahannya dengan cara yang tepat, bukan dengan bentakan atau sikap kasar.

Penutup
Mengelola emosi dalam keluarga bukan soal siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan bagaimana setiap anggota keluarga saling menghargai. Orang tua perlu memberi teladan dengan berani mengakui kesalahan, sementara anak belajar mengekspresikan perasaan dengan cara sehat. Marah dan ngambek bisa menjadi bagian dari proses belajar, asalkan dikelola dengan komunikasi yang terbuka dan penuh kasih.

Daftar Pustaka

  • Goleman, Daniel. (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.
  • Santrock, John W. (2011). Life-Span Development. New York: McGraw-Hill.
  • Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin. (2008). Human Development. New York: McGraw-Hill.
  • Gunarsa, Singgih D. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  • Seto Mulyadi. (2017). Mendidik dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun