Â
Orang Tua Marah dan Anak Ngambek: Bagaimana Mengelola Emosi dalam Keluarga?
Oleh: Widodo, S.Pd.
Â
Pendahuluan
Tidak selamanya keadaan rumah tangga itu baik-baik saja. Ada kalanya suasana yang tenang berubah menjadi panas hanya karena persoalan sepele. Bayangkan saja keadaan negara di mana pejabat bisa "kepeleset" dalam berbicara hingga memicu amarah rakyat, menjadikannya ikon Darurat Public Speaking Pejabat yang Makin Mengkhawatirkan. Begitu pula di rumah, orang tua pun bisa "keselo" lidah saat menegur, sementara anak-anak bisa merasa tersinggung lalu ngambek. Masalah tambah rumit jika orang tua enggan mengakui kesalahan.
Pada dasarnya, baik ayah, ibu, maupun anak bisa menjadi pihak yang salah. Kelihatannya sederhana: cukup minta maaf, selesai. Namun kenyataannya tidaklah demikian, sebab tidak ada "kurikulum baku" tentang bagaimana menjadi orang tua yang sempurna, atau bagaimana menjadi anak yang selalu penurut. Justru di sinilah seni mengelola emosi dalam keluarga perlu dipelajari.
Pembahasan
1. Bagaimana jika Ayah menyinggung perasaan anak?
Ayah sering menjadi sosok yang tegas di mata anak. Namun, ketegasan yang berlebihan dapat melukai hati. Jika ayah sadar bahwa ucapannya menyinggung, sebaiknya ia segera merendahkan hati dengan meminta maaf. Langkah sederhana seperti duduk bersama anak, mendengarkan keluhannya, atau bahkan memeluknya, dapat meredakan luka hati yang timbul. Anak yang dihargai perasaannya akan lebih mudah memaafkan.
2. Bagaimana jika Ibu yang berbuat salah?
Ibu biasanya menjadi tempat anak bercerita, tetapi itu tidak berarti ibu tidak pernah salah. Misalnya, ibu terburu-buru menegur atau salah paham dengan anak. Dalam situasi ini, ibu perlu memberi teladan dengan mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Sikap rendah hati dari seorang ibu justru memperkuat wibawanya, bukan melemahkannya. Anak akan belajar bahwa orang dewasa pun bisa salah dan tetap berharga saat mau bertanggung jawab.
3. Bagaimana menghadapi anak yang ngambek?