Pendahuluan
Saya pernah berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki karakter ketus, jutek, dan judes. Ketus karena tidak ramah, tidak peduli, dan tidak mau tahu dengan orang lain.Â
Judes karena tidak menghargai perasaan orang lain, dan jutek karena angkuh serta menganggap dirinya lebih daripada orang lain. Termasuk ketika menghadapi calon mertua tipe ketus.Â
Waktu itu saya bertanya pada diri sendiri: Tinggalkan atau lanjutin? Saya lalu membuat daftar pertimbangan strategi dan motivasi diri.
Jika calon mertua saya tinggalkan ataupun jika saya lanjutkan hubungan dengan mereka. Karena setiap pilihan harus siap dengan segala konsekuensinya. Berikut pemaparannya:
Pembahasan
Berikut ini contoh kata-kata mertua yang Ketus
- "Oh, cuma kerja di situ? Kirain jabatannya lebih bagus."
- "Kalau belum mapan, buat apa pacaran serius?"
- "Rumahnya jauh ya, ke sini aja lama banget."
- "Orang tua kamu nggak ngajarin cara sopan santun, ya?"
- "Itu baju yang kamu pilih buat ke sini? Nggak ada yang lebih pantas?"
- "Kenapa makannya banyak banget? Hemat-hematlah, masih numpang juga."
- "Saya heran, anak saya bisa suka sama kamu."
- "Ya udah, saya sih terserah, kalian yang tanggung akibatnya nanti."
- "Kalau nggak sanggup ikut cara keluarga kami, ya mikir lagi deh."
- "Kamu tuh ngerti nggak maksud saya? Dari tadi dijelasin nggak nyambung."
Pertimbangan jika saya meninggalkan calon mertua ketus:
- Menyelamatkan diri dari hubungan yang berpotensi menjadi beban psikis di masa depan.
- Menghindari konflik berkepanjangan yang mungkin berdampak pada pasangan dan keluarga besar.
- Memberi kesempatan untuk mencari pasangan dengan keluarga yang lebih harmonis dan suportif.
- Menjaga harga diri serta ruang pribadi, terutama jika sikap ketus itu sudah melampaui batas wajar.
Pertimbangan jika saya melanjutkan hubungan dengan calon mertua ketus: