Aih-alih berpegang teguh pada moral, mereka juga sering terlihat melakukan perilaku tidak etis lainnya, bermain game, merokok, berkelahi sesama politisi atau tidur saat sidang, yang semakin menjauhkan mereka dari bingkai etika dan moral yang seharusnya.
Perilaku Ular Merpati Kant: Mengapa Politisi Condong Menerjang Moral?
Immanuel Kant menawarkan perspektif yang menarik tentang krisis politik ini. Menurut Kant, wajah ular dan merpati menggambarkan seorang politisi atau pemimpin yang menggunakan kata-kata manis dan janji-janji palsu untuk memanipulasi publik dan mendapatkan kekuasaan.
Seperti ular dan merpati, mereka menyembunyikan motif dan tujuan sebenarnya, yang seringkali bertentangan dengan kepentingan publik. Celakanya, yang sering menonjol adalah 'sisi ular' ketimbang watak 'merpati'-nya.
Kant percaya bahwa politisi yang menunjukkan wajah ular merpati ini telah mendesentralisasi nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan publik. Mereka menempatkan kepentingan pribadi, ambisi kekuasaan, dan keuntungan di atas kepentingan publik.
Mereka mengabaikan nilai moral Kant, yaitu imperatif kategoris yang menuntut bahwa tindakan kita didasarkan pada prinsip-prinsip universal yang dapat diterapkan pada semua orang.
Dalam pandangan Kant, desentralisasi nilai-nilai moral dalam politik mengarah pada krisis kepercayaan publik. Ketika politisi gagal bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral yang universal dan mengutamakan kepentingan pribadi, publik kehilangan kepercayaan pada institusi politik dan pemimpin mereka. Akibatnya, masyarakat menjadi terfragmentasi, dan kerjasama sosial menjadi sulit untuk dicapai.
Mengapa politisi condong menerjang moral?
Karena ia ingin dikecualikan. Namun manusia juga condong untuk menundukkan diri di bawah penguasa atau kelompoknya, karena ia juga ingin termasuk ke dalamnya. Politik bermain dengan watak kontradiktoris manusia tersebut.
Polarisasi antara para pendukung dan para penolak dalam demokrasi elektoral bersumber dari 'kodrat' kontradiktoris manusia sendiri. Seandainya kontradiksi antara sosialitas dan individualitas tidak terdapat dalam diri manusia, bukan hanya dinamika politik menjadi tidak terjadi, melainkan politik itu sendiri menjadi tidak mungkin.
Politik sebagai seni kemungkinan tidak lain daripada cermin kodrat manusia sendiri. Kant kemudian melukiskan watak kontradiktoris manusia, menyebutnya sebagai kecenderungan untuk berbuat amoral.