Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Motif di Balik Tuduhan Plagiarisme Penyair Taufik Ismail

3 April 2011   22:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:09 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini yang penting selanjutnya adalah peran media dalam diskursus ini, dimana Harian Rakyat Merdeka menulis judul secara provokatif, "Puisi Taufik Ismail Hasil Contekan?" atau di Pedoman News, "Plagiatkah Puisi Kerendahan Hati Taufik Ismail?" Pedoman News ini mengutip informasi Tempo Interaktif.com: "Masih saya pelajari itu. Saya belum bisa berkomentar tentang itu," ujarnya (TI) saat dihubungi Tempo pada Kamis (31/3) dan Pedoman News mengartikannya "bahwa penyair Taufiq Ismail tak bersedia memberikan komentar apa pun terkait dugaan plagiarisme terhadap puisinya".

Ada kerancuan dalam pemaknaan penolakan TI dengan makna yang ditangkap media sebagai penolakan memberi informasi, yang oleh pembaca bisa saja diartikan sebagai sikap menghindar dari TI, padahal sebagaimana diakui oleh FZ bahwa medialah yang salah mengartikan penolakan itu. Dari kutipan langsung di atas maka sangat jelas bahwa penolakan TI untuk memberikan komentar sebenarnya lebih karena faktor kehati-hatian. Bagaimana seseorang bisa memberi komentar atau tanggapan jika ia sendiri belum memahami persoalan yang sebenarnya. Diakui belakangan oleh FZ bahwa sikap menunda memberi komentar dari TI sebenarnya karena TI memastikan bahwa apakah betul puisi tersebut memang terdapat dalam salah satu bukunya, yang 'kemungkinan' tidak secara sengaja ia masukkan sebagai karyanya, dan pada kenyataannya memang tak ada puisi 'kerendahan hati' dalam salah satu buku-bukunya dan ia sendiri tak pernah mengklaim bahwa puisi itu sebagai puisi karyanya.

Yang terjadi adalah seorang pengagum TI salah mengutip puisi tersebut dan menuliskannya sebagai karya Taufik Ismail dan itu disebarkannya di blognya yang mungkin awalnya lebih bersifat koleksi pribadi. Yang salah adalah orang-orang yang secara membabi-buta mempersoalkannya tanpa dukungan data dan fakta yang jelas dan lebih-lebih lagi dilandasi oleh pereferensi negatif sebelumnya. Sebuah kesalahan yang kemungkinan tidak disadari dan lebih berlandaskan sebagai penilaian sekejap (snap judgment).

Tulisan ini jelas bukan untuk menyalahkan atau untuk menghakimi siapapun. Hanya sekedar memberi pemaknaan dengan apa yang terjadi serta menjelaskan bahayanya keterbatasan informasi yang bila tidak dikelola dengan baik akan malah menyesatkan dan sebagaimana dikatakan oleh Fadli Zon sebagai 'kematian perdata' bagi penulis. Fadli Zon jelas telah mempertontonkan sebuah teknik diplomasi yang 'cantik', yang tidak bersifat defensif namun mengikuti logika-logika penyerangnya dan pada akhirnya menggunakan logika-logika itu sebagai alat serangan balik. Misalnya, ketika seorang komentator meminta pihak TI melakukan klarifikasi, justru FZ berkata: "Bukankah di dalam hukum kita, yang menuduh yang harus membuktikan?"dan ini jelas titik lemah bagi penyerangnya karena mereka sebenarnya tidak memiliki bukti-bukti ataupun dukungan fakta yang kuat.

Terlepas dari 'kebenaran' apapun yang akhirnya terkuak, polemik ini patut mendapat apresiasi bagi kita. Ini menunjukkan sebuah budaya demokrasi yang patutu dihargai, bahwa segala sesuatunya ternyata bisa diselesaikan melalui dialog. Dan dialog itu akan memberi hasil jika masing-masing pihak mau membuka diri, tidak mengikat diri dengan keyakinan-keyakinan yang palsu yang hanya berlandaskan pada kepentingan ego semata. Saya mengagumi gaya diplomasi yang cerdas dari fadli Zon dan sekaligus kerendahan hati Bramantyo untuk mengakui adanya kekeliruan dalam penilaiannya atas Taufik Ismail. Saya sepakat dengan pernyataan Fadjroel Rahman dalam komentarnya yang ringkas namun begitu bermakna: saya menyimak dengan hangat diskusi ini bung Hardi, Fadli Zon dan Bramantyo. trims ats infonya yang menarik. GBU

Terima kasih atas pencerahannya, mungkin itu kalimat yang paling tepat saya ucapkan untuk semua ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun