Mohon tunggu...
Wahyu Chandra
Wahyu Chandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan blogger

Jurnalis dan blogger, tinggal di Makassar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Motif di Balik Tuduhan Plagiarisme Penyair Taufik Ismail

3 April 2011   22:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:09 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FZ:

Iya dalam waktu dekat TI akan buat pernyataan, mungkin diikuti langkah hukum. Saya kira denga begini kebenaran akan lebih jelas.

BP:

Sepertinya sedikitnya sejak akhir tahun 80an sajak ini diatributkan kepada TI, anak ITB yang kuliah tahun segitu mengatakan ini puisi TI yang paling disukainya. Jadi sebelum internet ... namun, kalau kita searching internet, patut diduga pula ini terjemahan / saduran Soe Hok Gie. Menanyainya gak mungkin lagi.

Jika mencermati di atas terlihat bahwa kehadiran FZ memberikan klarifikasi cukup berpengaruh dalam menurunkan tensi pembicaraan yang awalnya penuh hujatan pada TI. Meskipun kemudian tetap ada bantahan, baik dari BP sebagai pemilik status, maupun komentator-komentator pendukung lainnya, namun FZ secara meyakinkan dapat membantah dengan mencoba mengajak 'para penyerang' untuk berdialog secara cerdas dan jernih dengan masing-masing mengemukakan fakta-fakta yang mereka miliki. Hal ini berbeda ketika polemik yang sama di status Saut Situmorang terkait Goenawan Moehammad cs. Tak ada letupan-letupan emosi dari FZ meskipun mendapat cecaran tuntutan dari para penyerangnya. Meskipun kemudian dapat terlihat bahwa FZ sedikit 'memenangkan' pertarungan ini dengan memberikan fakta-fakta dan mengajak para penyerang untuk membaca kembali fakta-fakta yang mereka yakini sebagai kebenaran hakiki. FZ pun tidak bersifat defensif namun terlihat mengikuti alur emosi penyerangnya dan memperhadapkan mereka pada bukti-bukti mereka sendiri, dan ini adalah pukulan telak bagi penyerangnya. Terlihat kemudian dari pernyataan BP, yang awalnya getol menyanyikan bukti-bukti data yang dimilikinya, yang kemudian terbukti tidak memiliki sumber yang valid. BP misalnya menulis:

Belum jelas. Saya sedang menghubungi laman yang saya link di atas nanya mereka dapet sajak itu dari mana. Tidur dulu ya ... selamat malam.


Ini jawaban BP ketika FZ mempertanyakan kevalidan sumber informasinya. BP pun kemungkinan besar menyadari atau tersadar atas adanya sedikit 'cacat' atas metode pengutipan informasinya dan terlihat ingin menghindari polemik ini. Sikap melunak BP ini terbaca pada komentator terakhirnya, yang juga merupakan komentar terakhir dari statusnya itu dengan mengatakan:

Sepertinya sedikitnya sejak akhir tahun 80an sajak ini diatributkan kepada TI, anak ITB yang kuliah tahun segitu mengatakan ini puisi TI yang paling disukainya. Jadi sebelum internet ... namun, kalau kita searching internet, patut diduga pula ini terjemahan / saduran Soe Hok Gie. Menanyainya gak mungkin lagi.

Saya pun menulusuri profil Soe Hok Gie yang dimaksud BP dan memang pada bagian akhir terdapat satu paragraf yang isinya sama dengan puisi berjudul "kerendahan hati" yang 'katanya' ditulis oleh TI sebagai ciplakan dari puisi Douglas Malloch.

Apa yang kemudian merubah sikap BP yang awalnya begitu menggebu-gebu dan sangat pedas menyerang TI berubah dalam sekejap dengan hadirnya komentar-komentar FZ?

Kemungkinan jawabannya adalah bahwa BP kemudian menyadari bahwa ada yang 'salah' dari metode pengambilan kesimpulan yang dilakukannya berdasarkan pada infomasi yang sangat sedikit (tidak sempurna) dan tidak jelas dan masih bersifat rumor iatau berita burung. Sumber berita yang dia yakini sebagai sumber penyampai kebenaran ternyata tidak mampu memberikan klarifikasi atas berita yang ditulisnya. Preferensi, sikap apriori dan prasangka yang sudah ada di kepalanya tentang TI jelas telah membentuk keyakinannya. Kesalahannya adalah dia tidak melakukan proses pematangan informasi sebelum akhirnya menyampaikan informasi tersebut ke publik. Yang ada di kepalanya pada saat itu adalah bahwa ia telah menemukan 'senjata' yang bisa digunakan untuk menyerang pribadi dan ideologi TI. Meskipun itu tidak dilakukan secara terbuka dengan TI tapi melalui teman-temannya yang sehati di facebook. Jika ia membantah bahwa diskusi facebook hanyalah sebuah keluh kesah antara mereka sendiri, maka jelas bantahan itu akan sangat lemah karena dalam dunia maya seperti halnya facebook batas antara wilayah publik dan pribadi terkadang sangat tipis atau malah tanpa sekat sama sekali. Apa yang kita nilai sebagai ungkapan hati, berpotensi mengahadirkan tuntutan hukum jika kemudian ungkapan itu menyerang dan mencemarkan nama baik orang lain. Sudah banyak kasus yang bisa menjadi contoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun