"Kamu memang tak berubah, masih sama seperti yang aku kenal sejak dulu. Terlalu lugu," katamu sambil tergelak. Aku cemberut, hingga satu jam ke depan tak menyapamu.Â
"Hei, kau semakin cantik jika cemberut," rayumu. Mau tak mau aku luluh dan kembali tersenyum.
"Gombal, kamu!"
Hanya aku saja, mengingat, saat itu kamupun -sang Ayah- dulu pernah mengalaminya
menghadapi bapak yang galak tapi bijak
akhirnya luluh karena kehalusan budimu
"Terimalah cintaku," begitu katamu
lalu kita bergerak cepat meraih hati dan mengikrar janji
"Kamu ingat?"
"Apa?"
"Aku berjanji memberimu bahagia, tetapi sampai hari ini aku belum bisa memenuhi janji itu. Aku merasa bahwa aku bukanlah sosok yang kau damba dan sempurna,"Â