Pernah ngupil di dalam transportasi publik?
Ternyata ngupil itu samasekali gak keren menurut iklan di transportasi umum di Singapura, yang pernah saya baca. kata iklan itu, "Picking nose is not cool.
Kenapa pula ada iklan seperti itu di dalam transportasi umum, di Singapura?
Silahkan bayangkan sendiri, jika melihat penumpang kendaraan umum mengupil dan kotorannya dibuang ke samping, dan kebetulan penumpang di sampingnya adalah Anda!
Melihat saja sudah jijik, apalagi kena hasil dia ngupil! Gimana pula kalau abis ngupil, tangannya yang sudah kotor, memegang benda-benda yang sangat mungkin dipegang penumpang lainnya. Misalnya, gantungan untuk pegangan tangan di busway.Â
Maka, sebagai orang Indonesia yang baru saja merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-80, sebaiknya jangan ngupil di dalam transportasi umum. Secara garis besarnya, jangan ngupil di depan orang lain. Membersihkan hidung sebaiknya di dalam kamar mandi atau toilet ketika sedang sendirian.
Masa iya, ketika naik MRT di Jakarta pake ngupil? Padahal MRT nya sudah keren dan mantap! Sudah 80 tahun merdeka pula...masa masih belum ngeh juga untuk saling mempertimbangkan orang lain?!
Itu adalah salah satu contoh, hal yang tidak seharusnya dilakukan di dalam transportasi umum. Masih banyak hal "sepele" lainnya yang tidak ada dalam aturan tertulis tetapi menjadi etika yang seharusnya dimengerti setiap orang.Â
Andai, di Indonesia tidak ada hal yang dianggap "kecil", dan tingkat korupsi juga tidak terlalu tinggi, daripada dinding transportasi publik diisi dengan iklan pinjol, mungkin lebih baik diisi dengan iklan-iklan mendidik tentang etiket di ruang publik. Gak untung secara penerimaan duit memang, tetapi mendidik para penumpang tentang etiket. Â
Selain ngupil, kecuali menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya jangan lupa menggunakan deodoran sebelum keluar rumah. Jangan terlalu percaya diri naik kendaraan umum tanpa deodoran, karena itu akan mengganggu penumpang lain.Â
Apalagi, seperti di Jakarta, di mana pada jam-jam sibuk, kendaraan umum seperti busway, MRT, LRT, dan KRL biasanya penuh hingga berdesak-desakan. Jangan sampai ada penumpang yang pingsan akibat menghirup bau badan penumpang lain yang kurang sedap.
Tentunya itu pun akan merepotkan petugas, karena harus mengamankan penumpang yang pingsan tersebut. Kalau terpaksa harus kentut pun, jika memungkinkan, cobalah sambil berjalan agar bau yang ditimbulkan merata ke seluruh ruangan transportasi umum. Jangan sampai numpuk di satu sudut dan membuat pusing penumpang lain yang menghirup baunya.
Jangan membawa binatang piaraan! Karena tidak semua penumpang menyukai jenis binatang piaraan yang sama. Belum lagi kalau binatang piaraan tersebut mengeluarkan suara, misalkan menggonggong, mengeong, mengembik, dll. Atau, bisa juga binatang piaraannya tidak merasa nyaman di tengah-tengah penumpang yang berdesak-desakan.
Hargai petugas, sopir, dan penumpang lain. Petugas di dalam transportasi umum juga lelah seharian melaksanakan tugasnya, demikian pula dengan supir.Â
Mereka bukan orang yang bisa seenaknya diperintah oleh penumpang. Mereka bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan penumpang, maka sebagai penumpang sebaiknya ikuti saja arahan mereka. Tidak perlu menjadi penumpang yang merasa sudah membayar, maka seenaknya.
Benarkah orang Indonesia tidak suka ditegur?
"Hey, you dropped something!", kata seseorang yang kebetulan satu lift dengan saya dan beberapa orang lain. Orang yang ditegur pun melihat ke arah yang ditunjuk. Sehelai tissue bekas tergeletak di lantai lift, jatuh dari tasnya. Dia pun mengambil tissue itu.
Kalau orang Indonesia, di Indonesia, ditegur seperti itu, bagaimana ya reaksinya?
Saya pernah menegur seorang anak kecil yang sedang berjalan di area jogging track, dengan seorang wanita dewasa yang nampaknya adalah ibu dari anak itu.Â
Anak itu melemparkan bungkus biskuit ke tengah jogging track. Ketika ibunya mendengar saya menegur, malah santai saja tanpa rasa bersalah mengajak anak itu untuk terus berjalan.
Di tempat lain, di sebuah gedung perkantoran, seorang petugas menegur seorang pengunjung yang berjalan masuk melalui jalur keluar. Seharusnya orang itu masuk melalui pintu masuk yang memiliki sensor pemeriksaan. Bukannya minta maaf, orang itu malah ngedumel, "Kurang ajar banget sih ini satpam, pake neriakin gue!"
Waduh! Ini orang koq gak nyadar kalau dia salah ya!
Jadi kalau karakter orang Indonesia kebanyakan seperti itu, bagimana menegur penumpang lain di transportasi umum yang membuat tidak nyaman penumpang lain?
Daripada berantem, sebaiknya berbicara saja dengan petugas berwenang, biar mereka yang menegur. Karena itu juga tugas mereka, jadi mereka tidak akan beralasan tidak enak karena mereka pun berhak menegur.
Jika ada penumpang yang sewajarnya mendapatkan tempat duduk, namun tempat yang disediakan khusus buat mereka ini diduduki penumpang lain yang pura-pura ketiduran, ada baiknya kita coba toel. Tapi kalau sudah ditoel berkali-kali masih tidur juga, mungkin sebaiknya minta bantuan petugas.
Hanya saja, sayangnya kadang petugas juga "bertoleransi" pada penumpang yang tidak mematuhi peraturan.
Pernah suatu kali di sebuah busway yang sedang agak kosong, dua orang yang sepertinya dari kampung, mulai membuka bekal makanan, dan kakinya naik ke atas.Â
Petugas yang melihat tidak menegur, hanya melihat dan tersenyum-senyum. Dalam kondisi agak kosong seperti itu, situasi ini memang tidak mengganggu, cuma...koq bisa???
Terlepas mereka orang dari kampung yang belum ada busway atau dari tempat manapun di belahan dunia ini, seharusnya petugas berani menegur karena aturannya tidak boleh makan di dalam busway.Â
Mereka berhak dan berkewajiban untuk menegur. Kalau ditoleransi hanya karena kebetulan penumpang sedang tidak ramai, mungkin kedua orang ini tidak akan pernah tahu peraturan yang sebenarnya.
Kendaraan umum, selain sebagai alat transportasi umum yang murah meriah, dalam kondisi di kota-kota besar di Indonesia, juga sangat berguna untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara akibat terlalu banyak kendaraan yang lalu lalang di jalanan.
Karena itu, sebaiknya kita semua baik penumpang, supir, dan petugas lainnya mengusahakan agar kendaraan umum itu nyaman dan aman untuk semuanya. Supir yang mengendarai kendaraan dengan baik dan tahu tanggung jawabnya terhadap penumpang yang dia bawa, dan juga penumpang yang saling menghormati dan mentaati peraturan demi kenyamanan bersama.Â
Tidak ada hubungan derajat siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah di sini. Jadi mari saling menjaga dan bertanggung jawab atas hak dan kewajiban masing-masing.
Memang tidak semua orang sadar akan hak dan tanggung jawabnya. Ada saja orang yang seenaknya, dan memanfaatkan kesempatan di ruang publik dalam transportasi umum. Namun itu bukan alasan kita untuk menjadi sama dengan mereka atau hanya peduli dengan kepentingan diri sendiri tanpa peduli orang lain.
Di negara maju seperti Singapura, yang konon transportasi umumnya adalah yang terbaik di dunia, pun masih mungkin terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan.
Saya pernah dua kali menemukan seseorang menatap saya tak berkedip dan kemudian menyeringai ke arah saya. Saya berusaha meyakinkan diri bahwa dia memang menatap saya. Dan hal itu membuat saya tidak nyaman dan merasa ketakutan. Ketika MRT berhenti dan orang banyak turun, saya memutuskan untuk ikut turun walau belum sampai tujuan. Saya berusaha menghilang diantara keramaian orang-orang. Ternyata, orang itu juga ikut turun dan menyeringai lagi ke arah saya. Saya pun langsung buru-buru naik lagi ke MRT. Untung orang itu tidak sempat ikut naik.
Kedua kali, ketika akan berangkat ke kantor, saya menemukan gelagat yang sama di MRT. Dan kali ini, orang itu mengikuti saya berjalan kaki sampai ke arah kantor. Lama-lama saya merasa takut juga, hingga akhirnya memutuskan untuk masuk ke kafe langganan kantor dan ngetem dulu di situ beberapa menit. Untung kenal dengan baristanya saking seringnya meeting di situ.
Dalam kondisi seperti itu, kalau lapor petugas, tentunya orang itu bisa berkelit. Namanya tempat umum, bisa saja dia bilang tidak sengaja melihat ke arah saya, dan kebetulan memang hendak ke arah yang sama.Â
Petugas pun tidak bisa sembarangan memproses suatu laporan tanpa bukti yang jelas. Apalagi di Indonesia, seringkali kita diminta untuk "maklum" saja atas kondisi-kondisi tidak menyenangkan yang kita alami.
Maka itu, saya rasa kita sendiri pun harus cerdik dan berusaha menjaga diri sendiri tanpa mengganggu kenyamanan orang lain. Jika terjadi sesuatu yang sudah tidak dapat ditolerir, usahakan memiliki bukti, entah itu foto atau saksi yang melihat. Jangan cuma mengandalkan keberadaan CCTV di dalam ruang transportasi publik.Â
Karena harus diakui, terkadang, di negara kita ini ada saja prosedur yang tidak dijalankan dengan benar dan lepas dari pengawasan. Gimana kalau ternyata CCTV sedang rusak saat kejadian atau hanya sekedar dipasang tetapi kenyataanya cuma beroperasi dengan baik dalam satu bulan pertama saja?
Selain itu, semoga dari sisi pengelola transportasi publik pun dari hari ke hari dapat selalu meningkatkan pelayanannya.
Transportasi umum yang nyaman dan aman dapat menjadi andalan penduduk untuk bergerak dari satu titik ke titik lain tanpa menggunakan kendaraan pribadi. Tentunya hal ini dapat membantu mengurangi kemacetan.
Semoga pemerintah pun dapat terus-menerus mengusahakan transportasi umum yang lebih memadai, murah, aman, dan nyaman, bukan cuma untuk kalangan menengah ke bawah, tetapi untuk semua kalangan.Â
Demi Indonesia yang lebih baik, tidak macet, dan udaranya yang bersih serta langit yang biru. Tentunya itu semua ujung-ujungnya adalah kesejahteraan bagi semua kalangan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI