Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Writers and socio entrepreneur

Tingkatkan literasi untuk anak indonesia lebih cerdas karena indonesia minim literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lagi, Lagi, Dan Untuk Kesekian Kali Patah.

11 September 2025   00:57 Diperbarui: 13 September 2025   19:22 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moch tivian (edit by canva)

Lagi, Lagi, Dan Untuk Kesekian Kali Patah.

Entah ini rasa apa yang ada di hatiku, rasa aneh yang membuat jariku diam tak menggeser tampilan ponsel hanya sekedar melihat foto di media sosial.

"Siapa dia?".

Pikirku dengan mata tetap melihat foto cantik di beranda media sosialku. Foto biasa penuh senyum namun bisa buat detak jantungku berhenti.

 "Nur Kholifah" ku baca sebuah nama akun media sosial yang memiliki foto itu. 

"Sekota rupanya" lirihku ketika aku membuka lebih lanjut profil media sosialnya.

Aku mencoba mengirim pesan ucapan salam yang biasanya tak bisa dihadiri untuk dijawab sebagai kaum muslim. 

"Assalammualaikum"

Berharap dalam hati untuk segera dijawab olehnya, yang ternyata akun media sosialnya sedang online karena warna hijau muncul di foto profilnya.

"Waalaikumsalam"

Benar saja, dia menjawab salamku tak beberapa lama. Senang yang ku rasa, padahal tak pernah kenal ataupun ketemu.

"Apa ini cinta?" ku rasa tidak, kan kata orang cinta datang dari mata turun di hati. Tapi ini berbeda, rasa yang tak hanya cinta tapi juga rindu seperti pernah ketemu.

Kami pun melanjutkan obrolan hingga akhirnya ku dapatkan nomor whatsapp untuk mengenalnya lebih lanjut. 

"Alhamdulillah, kali ini jangan kau patahkan lagi, ya rob" doaku lirih sembari ku ketik pesan pertama di whatsapp untuknya.

Semua obrolan di whatsapp normal, biasa selayaknya dua manusia yang berkomunikasi jarak jauh. Namun heran, bunga di hati ini semakin tumbuh mekar penuh harum keindahan warnanya.

"Nur Kholifah"

Nama yang telah memuatku bisa jatuh cinta lagi tanpa pernah ketemu. 

Sampai akhirmya, moment pertemuan pertama itu terjadi. Saat itu, dia yang sedang membangun usaha toko memerlukan bantuanku memasang komputer kasir dan aku pun mengiyakan untuk bisa datang membantu ke tokonya.

Bisa dibilang modus yang penuh dengan kejujuran hati ingin bisa dekat dan mengenalnya. Hingga aku datang ke tokonya akan tetapi dia tak ada, hanya ibunya yang ada.

"Ini tokonya Mbak Kholifah?" tanyaku sembari tersenyum ke arah ibunya.

"Injih betul, ini tokonya mbak kholifah, tapi anaknya masih keluar" jawab ibunya yang juga tersenyum ke arahku.

"ini mau masang komputer bu" ucapku.

"oh, silahkan masuk" ibunya yang mempersilahkan aku masuk dan menyuruhku untuk duduk.

Tak beberapa lama nunggu, datang seorang perempuan cantik tersenyum manis ke arahku.

"Ini bidadari itu kah" lirih dalam hatiku.

"Udah lama mas" tanya perempuan itu yang benar Nur Kholifah.

"Mbak kholofah!?" tanyaku yang kemudian ku menjawab "Gak lama kok mbak".

Tak ada kekakuan, hanya malu dengan tampilan diriku yang begitu jelek. Namun semua itu sirna dengan suasana yang membahagiakan diselingi dengan obrolan hangat penuh canda. 

Hari-hari pun menyakinkan diriku untuk bisa menjadi imamnya, hati ini mencintainya sungguh, tapi semuanya berubah sekarang. Entah karena apa? Mungkin saat dimana aku meminta pertolongannya untuk sebentar saja.

Terlalu sensitif memang meminta pertolongan apalagi tentang "UANG" kepada seseorang yang baru kenal. Itu bodohnya diriku, membangun stigma diri yang buruk dihadapannya.

Tapi aku tak berniat buruk, aku hanya terlena menganggap dirinya bagian dari diriku yang bisa membantuku dalam kondisi terdesak. Blunder terbesar dalam cinta adalah kejujuran hati yang tulus tanpa modus.

Aku menerima ikhlas sekarang untuk patah lagi. Namun hatiku tetap mencintaimu, Nur Kholifah. Sejuta maaf jika aku memiliki salah kepadamu dengan teririmg doa tulus dariku.

Waktu tak bisa merubahnya, namun setidaknya hari ini hatiku menangis pilu, kalah dari cinta yang patah oleh sikapmu. 

Terima kasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun