"ini mau masang komputer bu" ucapku.
"oh, silahkan masuk" ibunya yang mempersilahkan aku masuk dan menyuruhku untuk duduk.
Tak beberapa lama nunggu, datang seorang perempuan cantik tersenyum manis ke arahku.
"Ini bidadari itu kah" lirih dalam hatiku.
"Udah lama mas" tanya perempuan itu yang benar Nur Kholifah.
"Mbak kholofah!?" tanyaku yang kemudian ku menjawab "Gak lama kok mbak".
Tak ada kekakuan, hanya malu dengan tampilan diriku yang begitu jelek. Namun semua itu sirna dengan suasana yang membahagiakan diselingi dengan obrolan hangat penuh canda.Â
Hari-hari pun menyakinkan diriku untuk bisa menjadi imamnya, hati ini mencintainya sungguh, tapi semuanya berubah sekarang. Entah karena apa? Mungkin saat dimana aku meminta pertolongannya untuk sebentar saja.
Terlalu sensitif memang meminta pertolongan apalagi tentang "UANG" kepada seseorang yang baru kenal. Itu bodohnya diriku, membangun stigma diri yang buruk dihadapannya.
Tapi aku tak berniat buruk, aku hanya terlena menganggap dirinya bagian dari diriku yang bisa membantuku dalam kondisi terdesak. Blunder terbesar dalam cinta adalah kejujuran hati yang tulus tanpa modus.
Aku menerima ikhlas sekarang untuk patah lagi. Namun hatiku tetap mencintaimu, Nur Kholifah. Sejuta maaf jika aku memiliki salah kepadamu dengan teririmg doa tulus dariku.