"Siap, Pak. Saya sudah punya konsep: Kelas Literasi Emosional Berbasis Empati dan Branding Positif Guru."
"Wah, luar biasa, Pak Bima," ujar Pak Darmo.
"Terima kasih, Pak. Saya memang percaya guru itu bukan hanya pendidik, tapi personal brand bangsa."
Bu Lestari menatap ke arah Bu Kinan dan berbisik pelan:
"Personal brand-nya sih kuat. Kinerjanya? Pending."
Panggung Kecil Bernama Media Sosial
Setelah jam pelajaran pertama, Pak Bima menuju ruang multimedia. Ia menyiapkan tripod dan ponselnya.
"Bu Kinan, bantu saya rekam video singkat ya," katanya.
"Video untuk apa, Pak?"
"Untuk konten sekolah. Tema hari ini: Guru Inspiratif di Era Disrupsi."
Bu Kinan menekan tombol rekam.
Pak Bima mulai berbicara penuh penghayatan:
"Mengajar bukan sekadar transfer ilmu, tapi transformasi jiwa..."
"Jiwa siapa, Pak?" tanya Bu Kinan spontan.
"Ya... siapa pun yang terinspirasi. Biasanya sih banyak."
Setelah video selesai, ia langsung mengunggah ke media sosial sekolah, lengkap dengan tagar:
#GuruVisioner #SekolahInspiratif #MengajarDenganCitra
Dalam satu jam, video itu mendapat 3 komentar:
- "Mantap, Pak!"
- "Inspiratif sekali, Pak!"
- "Pak, background-nya jemuran ya?"