Mohon tunggu...
Ummie Aditya
Ummie Aditya Mohon Tunggu... Guru - Saya guru kimia di SMAN 11 Mataram, lakukan hal-hal positif di setiap hembusan nafasmu adalah moto dalam hidupku.

Saya seorang wanita yang memiliki hati pantang menyerah dan memiliki hati yang penyabar, saya juga tipe wanita yang humoris dan ceria. Dari kecil saya hobi menulis, semua hal yang saya rasakan saya tuangkan dalam bentuk tulisan di didiare, selain hobi menulis saya juga hobi dalam dunia musik, hal-hal yang berbau seni syaa sangat menyenanginya. Gaya tulisan saya sedikit mellow dan banyak menyentuh hal-hal yang berbau cinta dan ketuhanan. Berbaur dengan orang-orang hebat merupakan suatu hal yang sangat saya sukai karena energi positif yang mereka tularkan sangat bermanfaat untuk saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Asaku di Balik Lakumu

29 Januari 2023   12:57 Diperbarui: 29 Januari 2023   13:07 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku lalu menasehati mereka semua dan menegaskan bahwa semua guru menyayangi mereka, semua guru peduli sama mereka, semua guru menganggap mereka ada, mungkin hanya caranya yang berbeda.

Kami lalu berpelukan dan mereka berjanji mulai hari ini akan mengubah perilaku mereka.

Ubaidillah yang keseharian di kelas selalu berpenampilan kusut suka mengedipkan mata dan menggoda gurunya, Selamet yang suka cengengesan tapi pandai bahasa Inggris, Robi yang pendiam tapi disiplin mengumpulkan tugas, Zulyadaeni yang satu bulan hanya masuk sekolah beberapa hari saja karena harus bekerja membantu orang tua di Bengkel, Tomi yang hobi menggambar, Si Faesal yang selalu izin ke belakang setiap gurunya memasuki kelas tapi pandai bermusik, Si Fatih yang pandai berbahasa Arab dan suka berceramah di depan kelas, dan Si Rizal yang hobi bercerita.

Wajah mereka dan kebiasaan -kebiasaan mereka selama sekolah dulu mulai memenuhi pelupuk mata dan ingatanku.

Aku seperti di bawa ke masa lalu, masa belasan tahun silam

Ada satu kisah yang membuatku terharu, kebiasaan di sekolah kami setiap hari ulang tahun guru akan diadakan lomba merias kelas oleh pihak sekolah.

Untuk diketahui selama sekolah ini berdiri setiap ulang tahun guru, hanya kelas bahasa yang tidak pernah ikut berpartisipasi dalam lomba menghias kelas. Tiap kali kelas lain sibuk mempersiapkan lomba menghias kelas mereka hanya menonton tanpa ada sedikitpun tergerak untuk ikut berpartisipasi sebagai bentuk hormat pada guru mereka. Selain karena rata-rata berasal dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah, niat dalam diri mereka tidak ada untuk ikut kegiatan ini.

Tahun ini aku bertekad mengajak siswa binaanku untuk mengikuti lomba menghias kelas, bukan tujuan untuk menjadi juara tapi semata-mata sebagai bentuk penghargaan anak-anak terhadap guru-guru yang selama ini sudah berjasa dalam kehidupan mereka.

Ketika hal ini kuutarakan pada mereka, aku tidak pernah menyangka ternyata mereka antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Mereka mulai urunan untuk membeli segala perlengkapan yang dibutuhkan, sekedar diketahui anak-anak binaanku adalah anak-anak yang kurang mampu rata-rata ekonomi orang tua mereka menengah ke bawah. Mereka urunan ala kadarnya, di saat teman-temannya di kelas lain mampu membeli kue ulang tahun yang mahal, mereka hanya mampu membeli kue donat yang kemudian di susun lalu menaruh lilin di atasnya. Aku sangat terharu atas semangat mereka di tengah keterbatasan yang mereka miliki.

Hari yang dinanti-nantikan itupun tiba, seperti biasa semua guru akan berkeliling sambil mencicipi makanan yang disuguhkan anak-anak seraya menikmati acara yang disuguhkan mereka. Hingga tibalah mereka semua di kelas XII Bahasa, awalnya mereka melewati kelas itu karena mengira anak-anak tidak berpartisipasi seperti biasanya, namun tidak beberapa lama anak-anak keluar dari kelas kemudian menyambut kedatangan guru-gurunya sambil membawakan lagu selamat ulang tahun. Hampir semua guru terkejut dan bahagia melihat kejadian itu, mereka tidak pernah menyangka anak-anak ini akan mempersiapkan acara dengan antusias di tengah kesederhanaan yang mereka miliki. Ketika acara sambutan untuk wali kelas disampaikan oleh salah satu perwakilan, aku sangat terharu dan hampir menangis'.

Bu Umi wali kelas kami yang tersayang, kami mohon maaf jika selama ini terlalu banyak membuat Bu umi sedih, kami mohon maaf karena telah banyak merepotkan Bu Umi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun