Aku mencari mereka ke semua sudut sekolah, tidak tampak satupun batang hidung mereka sampai akhirnya mataku tertuju pada musholla. Nampaknya mereka bersembunyi di sana, ku tengok di jendela ternyata memang benar mereka semua bersembunyi di sana, menyadari kehadiranku bukannya langsung menuju kelas mereka malah menutup muka mereka sambil meneruskan tertidur.
Ku perintahkan mereka untuk memasuki kelas karena gurunya sudah lama menunggu, dengan cara halus tak jua berhasil, kesabaranku benar-benar diuji akhirnya dengan emosi aku ambil pot bunga yang berada di samping mushola lalu ku angkat sambil berteriak ke arah mereka. Mereka lari terbirit-birit menuju ke arah kelas, sementara itu guru matematika sudah tidak mau mengajar karena kesal terlalu lama menunggu. Akhirnya kuputuskan aku yang mengisi.
Sambil menahan emosi aku bertanya."apa kalian tidak malu sudah kelas tiga tapi perilaku kalian melebihi anak-anak TK,
Apa kalian tidak malu sikap kalian telah melukai dan menyinggung perasaan guru-guru kalian.
Apa kalian tidak memikirkan perasaan ibu sebagai wali kelas kalian, bagaimana malunya ibu dianggap tidak becus mengurus kalian?
Atau kalian bosan ibu menjadi wali kelas kalian??
Pertanyaan demi pertanyaan ku lontarkan sambil menahan air mata yang sedari tadi ingin menetes di pelupuk mataku.
Mereka semua hanya terdiam, tidak ada satupun yang berani menjawab. Semua menunduk, sampai tiba pada pertanyaan Terakhir.
Atau kalian mau wali kelas kalian diganti?"kataku setengah berteriak."
Dalam sekejap semua menjawab." Jangan ibu, jangan di ganti selama ini hanya ibu yang sayang sama kami, hanya ibu yang mau peduli dengan kami, hanya ibu yang menganggap kami ada."
Ku lihat mereka semua menangis, aku yang memang sedari tadi ingin menangis tak kuasa menahan tangis juga.