Sungguh, aku tak tahu, bagaimana hidupku tanpanya. Aku juga tak tahu seberapa dalam sayangku kepadanya. Jika ada kata yang lebih dari tak terhingga, mungkin kata itulah yang tepat untuk menggambarkannya. Namun, lidah ini tiba-tiba kelu. Bibir ini mendadak kaku. Padahal yang ingin kuucap cuma satu.
Maka kutitipkan pesan ini melalui angin dan kicauan hewan malam. Dengan isyarat sehalus debu, sehening petang, selirih rintih hujan.
“Mawar, tetaplah menjadi rembulan …..untukku.”
***
5 Desember 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI