Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Rembulan

7 Desember 2016   20:09 Diperbarui: 7 Desember 2016   20:15 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Flickriver.com

Untungnya malam itu, bulan sedang benderang. Selain menyukai baju Superman, Darman juga menyukai rembulan. Entah bagaimana, tapi ia tahu kapan tepatnya purnama akan tiba. Dan jika tiba, Darman akan menuju taman, dan duduk di bangkunya selama berjam-jam hanya untuk memandangi rembulan.

“Kak…” Mawar menghampiri kakaknya dengan hati-hati. Di tangannya masih tergenggam baju Superman yang tadi buru-buru ditarik dari jemuran.

Sedangkan Darman tak menghiraukan, wajahnya mendongak, tangannya meremas ujung baju yang sedikit basah. Samar-samar terdengar nyanyian bulan oh bulan. Dari sekian ratus nyanyian yang pernah ia dengar, hanya nyanyian itulah yang ia ingat dan hafalkan.

Maka, Mawar pun diam, ikut menikmati. Ia tak bisa memaksa kakaknya untuk pulang. Lagipula sudah lama ia tidak berduaan dengan kakaknya sambil menikmati rembulan. Maka malam itu, adalah malam terpanjang yang diingat gadis berkuncir kuda, karena keesokan paginya ia terbangun di tempat tidur dengan bergelung selimut. Emaknya tak mungkin menggendongnya. Apalagi tetangganya.

Dilihatnya sang kakak sedang mendengkur di sofa. Walau tak pernah terucap lisan, ia tahu kakaknya sangat menyayanginya. Amat teramat menyayanginya.

***

Bulan oh bulan
 Indah nian menawan
 Engkau hiasan tuhan
 Penerang malam

 Bulan oh bulan
 Tanpamu malam kelam
 Tak lelah kau bersinar
 Hingga datang sang fajar

 Bulan oh bulan
 Engkaulah dewi malam
 Hadirmu dinantikan
 Semua insan

 Bulan oh bulan
 Jangan cepat kau pulang
 Agar tidurku tenang
 Lelap dalam impian

Kudendangkan lagi dan lagi nyanyian itu hingga tak sadar kalau rembulan sendiri mulai terlihat semu. Di sampingku, gadis berkuncir kuda sudah lelap tertidur sambil memeluk lutut. Kubelai ujung kepalanya perlahan. Kukecup keningnya perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun