Untungnya malam itu, bulan sedang benderang. Selain menyukai baju Superman, Darman juga menyukai rembulan. Entah bagaimana, tapi ia tahu kapan tepatnya purnama akan tiba. Dan jika tiba, Darman akan menuju taman, dan duduk di bangkunya selama berjam-jam hanya untuk memandangi rembulan.
“Kak…” Mawar menghampiri kakaknya dengan hati-hati. Di tangannya masih tergenggam baju Superman yang tadi buru-buru ditarik dari jemuran.
Sedangkan Darman tak menghiraukan, wajahnya mendongak, tangannya meremas ujung baju yang sedikit basah. Samar-samar terdengar nyanyian bulan oh bulan. Dari sekian ratus nyanyian yang pernah ia dengar, hanya nyanyian itulah yang ia ingat dan hafalkan.
Maka, Mawar pun diam, ikut menikmati. Ia tak bisa memaksa kakaknya untuk pulang. Lagipula sudah lama ia tidak berduaan dengan kakaknya sambil menikmati rembulan. Maka malam itu, adalah malam terpanjang yang diingat gadis berkuncir kuda, karena keesokan paginya ia terbangun di tempat tidur dengan bergelung selimut. Emaknya tak mungkin menggendongnya. Apalagi tetangganya.
Dilihatnya sang kakak sedang mendengkur di sofa. Walau tak pernah terucap lisan, ia tahu kakaknya sangat menyayanginya. Amat teramat menyayanginya.
***
Bulan oh bulan
Indah nian menawan
Engkau hiasan tuhan
Penerang malam
Bulan oh bulan
Tanpamu malam kelam
Tak lelah kau bersinar
Hingga datang sang fajar
Bulan oh bulan
Engkaulah dewi malam
Hadirmu dinantikan
Semua insan
Bulan oh bulan
Jangan cepat kau pulang
Agar tidurku tenang
Lelap dalam impian
Kudendangkan lagi dan lagi nyanyian itu hingga tak sadar kalau rembulan sendiri mulai terlihat semu. Di sampingku, gadis berkuncir kuda sudah lelap tertidur sambil memeluk lutut. Kubelai ujung kepalanya perlahan. Kukecup keningnya perlahan.