Sejak hari ini, Ilo memutuskan berhenti memakan nasi. Dengan tetap menahan cinta kembara di dalam hati. Ilo meniatkan pilihan ini sebagai tirakat diri. Sejenis cara mentotalisasi penderitaan anak manusia: setiap hari jatuh cinta dengan kelaparan menjadi-jadi.
Barangkali di ujung sana terdapat cahaya cerah pembebasan diri. Sebulan kemudian, Ilo dilarikan ke rumah sakit.
***
"Dua juta lima ratus?"
Tidak bisa. Uang dari mana? Ilo mencari siasat kabur dari ruang persegi panjang, hordern putih, dengan ranjang terisi manusia terpasang jarum infus. Dua minggu yang penuh penderitaan dengan terpaksa mesti mengunyah bubur!
"Tidak adakah selain bubur, Sus?"
"Tidak."
"Bagaimana jika bibirmu saja?"
Plak. Suster itu meminta tolong seorang satpam. Ilo merasa kejadian ini terlalu didramatisir.Â
"Kamu menderita maag akut, bukan gila. Atau gangguan hyperseksual." Seorang dokter mengingatkan jika kelakuannya bisa mengubah status pasien berubah kriminal.
Hingga pada suatu malam yang lengang, Ilo kabur dengan melompati pagar belakang rumah sakit milik pemda. Kaki kirinya agak terkilir tapi setidaknya terbebas dari sejumlah rupiah yang bisa dipakainya hidup selama setahun. Tanpa nasi, tentu saja.