Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebiasaan Benar dan Baik

6 November 2022   16:53 Diperbarui: 6 November 2022   17:01 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bagaimana dapat membantu memperbaiki kebiasaan salah dan buruk orang lain yang miskin intelegensi dan personality, bila merawat kebiasaan benar dan baik diri sendiri saja tidak dari pikiran dan hati, tidak sabar, tidak pakai ilmu teori, tidak ada kompetensi, tidak  pula ada strategi.

(Supartono JW.05112022)

Apakah selama ini langkah hidup saya berdasarkan tujuan yang jelas dan terukur? Apakah saya orang yang proaktif? Apakah langkah saya berdasarkan skala prioritas? Apakah saya orang yang selalu berusaha mengerti, bukan orang yang maunya dimengerti? Apakah saya orang yang berpikir menang, menang di arena yang kooperatif atau kompetitif? Apakah saya orang yang dapat bersinergi? Apakah saya orang yang suka mengasah gergaji alias menyegarkan diri, memperbarui diri?

(Supartono JW.06112022)

Mana karaktar saya dan apakah kebiasaan saya menyoal pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah kebiasaan yang benar dan baik?

Kendati kita terbiasa melakukan perbuatan benar dan baik, hasilnya bisa jadi akan tetap ada yang tidak benar dan tidak baik. Apalagi bila kita terbiasa melakukan kebiasaan yang salah dan buruk, tentu hasilnya cenderung salah dan buruk yang berlipat-lipat.

Kebiasaan

Apa yang kini, setiap saat dapat kita lihat dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat, dari rakyat jelata hingga elite di negeri ini? Kira-kira, kebiasaan-kebiasaan mana yang lebih banyak ditiru, dicontoh, hingga diteladani oleh masyarakat? Apakah kebiasaan benar dan baik? Atau kebiasaan yang salah dan buruk? Lalu, saya menjadi bagian yang mana?

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya, pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. 

Singkat kata, dapat dipahami bahwa kebiasaan adalah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa melalui proses berpikir karena perilaku tersebut adalah respon terhadap sesuatu yang umumnya adalah perbuatan sehari-hari. 

Setiap orang memiliki kebiasaan sesuai versinya, adat-istiadat, budaya, dll.
Dalam faktanya yang tidak dapat dibantah oleh teori apa pun, kebiasaan itu terpetakan menjadi dua, yaitu kebiasaan baik dan kebiasaan buruk.

Kebiasaan salah dan buruk

Bicara menyoal kebiasaan, kini di masyarakat kita, pun dapat dipetakan, mana kebiasaan yang sering menjadi berita viral khususnya di dunia media sosial (medsos). Dia adalah kebiasaan mencuit hal yang buruk, memecah belah persatuan dan mempolarisasi rakyat karena kepentingan.

Selain itu, di negeri ini, kita akan mudah menjumpai kebiasaan gaya hidup hedon yang dilalukan oleh manusia-manusia yang miskin hati dan pikiran. Manusia-manusia yang baru merasakan kaya harta alias Orang Kaya Baru (OKB). Lalu, kebiasaan berbohong, menipu, manipulasi, korupsi, kolusi, nepotisme, kepentingan-kepentingan, dll, yang justru dicontohkan oleh para pemimpin dan golongan elite, sehingga diteladani oleh rakyat. Padahal, semua itu adalah kebiasaan salah dan buruk.

Apakah para pemimpin dan elite di negeri ini di dominasi oleh manusia-manusia yang tidak terdidik? Tetapi mengapa mereka justru melakukan kebiasaan yang salah dan buruk. Melawan dan melanggar hukum. Melawan dan melanggar norma dan etika. Tuli, buta mata, dan hati, yang penting adalah kepentingannya sendiri dan kelompoknya.

Yang sangat memprihatinkan, demi kepentingan politik, kekuasaan, tahta, pemimpin kita dan pengaman negara malah merawat dan membiayai buzzerRp. Setiap detik mereka terus bercuit sesuai pesanan dan skenario, hilang rasa malu, sebab sejatinya mereka terus mempermalukan diri sendiri, hidup dari hasil nafkah megadu domba dan menciderai. 

Tidak gentar, berupaya terus menancapkan dan memaksakan kehedak, menggiring hati dan pikiran rakyat dengan opini-opini yang menambah perpecahan, perseteruan, dan konsisten mempolarisasi rakyat, tetapi bersembunyi dengan menggaungkan persatuan dan kesatuan.

Saya sebut, bila ini zaman penjajahan kolonialisme, mereka sama dengan kaki tangan musuh, musuhnya adalah penjajah moderen dari anak negeri sendiri, yang terus menjajah rakyat Indonesia. Hingga rakyat makmur sejahtera hanya bak legenda dan terus menjadi utopia (khayalan)

Kebiasaan yang mana?

Dari peta besar kebiasaan salah dan buruk di negeri ini, sejatinya mudah untuk mengurai dan membuat kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan yang benar dan baik. Syaratnya, setiap individu mampu merawat hati dan pikiran masing-masing. Tidak ikut arus, ikut menjadi bagian yang menebar kebiasaan salah dan buruk.

Selain utamanya tuntunan ajaran agama dan kepercayaan kepadaNya yang dianut oleh manusia, pasti dapat dijadikan pedoman untuk tidak terpeleset dalam perbuatan kebiasaan salah dan buruk, banyak pula ilmu, teori, hingga nasihat yang merupakan produk manusia, dapat dijadikan acuan untuk dapat merawat hati, pikiran, dan perbuatan menjadi terbiasa benar dan baik.

Saya kutip dari buku 7 Habbits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, ada kebiasaan yang berhubungan dengan diri sendiri, kebiasaan yang berhubungan dengan orang lain, serta kebiasaan untuk mengembangkan keahlian diri, bila dilakukan dengan benar dan baik serta konsisten, akan signifikan dampaknya pada diri dan orang lain yang bersinggungan dengan kita. Kebiasaan yang harus saya/kita lakukan di antaranya:

Bagian pertama, tentang penguasaan diri (Self Mastery). Apa yang wajib diri kita lakukan?

1. Memiliki prinsip pribadi, jadilah proaktif
(Be Proactive: Principles of Personal Choice). Untuk mencapai kesuksesan dalam karir, maka kita dituntut proaktif menentukan apa yang ingin dicapai, kemudian menyusun cara apa saja yang bisa dilakukan agar tujuan tersebut dapat tercapai. 

Keinginan, cita-cita ataupun tujuan yang ingin dicapai harus dibarengi dengan usaha. Tidak bisa hanya diam duduk manis menunggu datangnya kesuksesan. Harus ada upaya-upaya proaktif yang dilakukan agar sampai pada tujuan.

Karenanya, orang yang proaktif biasanya sangat mengenali yang namanya rasa tanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka.

2. Menentukan tujuan yang ingin dituju, yaitu mulailah dengan tujuan akhir: Prinsip visi pribadi (Begin with the End in Mind: Principles of Personal Vision). Menentukan tujuan yang ingin dituju, artinya kita akan memilah-milah langkah yang akan ditempuh, apakah langkah tersebut akan membantu kita mencapai tujuan atau tidak. 

Jika tidak, sebaiknya tinggalkan dan cari langkah atau perbuatan yang lebih efektif untuk mencapai tujuan. Intinya dengan menentukan tujuan di awal itu akan meminimalisasi langkah yang tidak perlu untuk mencapai tujuan.

3. Dahulukan yang menjadi prioritas. Utamakan yang utama: Prinsip integritas dan eksekusi (Put First Things First: Principles of Integrity & Execution). Ada kisah tentang batu besar, batu kecil, dan ember. Analoginya, ember adalah tempat kita menempatkan kegiatan, sedangkan batu diasumsikan sebuah kegiatan. Ada batu-batu besar dan ada batu-batu kecil atau kita menyebutnya kerikil. 

Untuk memenuhi ember dengan batu-batu tersebut kita mengutamakan batu-batu besar untuk dimasukkan ke dalam ember terlebih dahulu, kemudian mengisi ruang-ruang kosong dengan kerikil. Sebab,  apabila kita memasukkan kerikil terlebih dahulu, maka batu-batu besar tersebut kemungkinan tidak bisa masuk ke dalam ember, mungkin saja bisa, tapi tidak bisa semua.

Artinya, buatlah daftar pekerjaan yang penting untuk dilakukan setiap minggunya, dan lakukan review harian pada daftar tersebut. Selalu utamakan hal-hal yang paling penting untuk dilakukan. Analogi ember dan batu, menggambarkan bahwa kita harus mementingkan yang menjadi prioritas terlebih dahulu. Prioritas adalah yang memiliki dampak besar terhadap tujuan kita, yang menjadi target terdekat dan bisa jadi berpengaruh bagi orang banyak.     

Bagian kedua, tentang kemenangan publik (Public Victory)

4. Berpikir Menang-Menang. Pikirkan Menang/Menang: Prinsip saling menguntungkan (Think Win/Win: Principles of Mutual Benefit). Pola pikir menang-menang adalah pola pikir yang memperhatikan semua pihak. Tidak hanya berpikir terhadap satu sisi ego, tapi memenangkan banyak ego. 

Kerangka pikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus-menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Hal ini menunjukkan dengan solusi menang/menang (win-win solution), semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya. 

Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, bukan kompetitif. Selama ini, sering diartikan sempit hanya sebagai arena kompetitif.

5. Berusaha mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Prinsip saling mengerti (Seek First to Understand, Then to be Understood: Principles of Mutual Understanding). Selama ini, kebiasaan yang salah dan buruk adalah menginginkan untuk dimengerti oleh orang lain.

Yang benar dan baik adalah berusaha mengerti terlebih dahulu merupakan perubahan paradigma yang sangat mendalam. Kebiasaan berusaha mengerti terlebih dahulu berlaku di semua lingkungan, seperti lingkungan kerja, sekolah, kampus, lingkungan  perkumpulan/grup/kekeluargaan/dll. 

6. Sinergi. Prinsip kerja sama kreatif (Synergize: Principles of Creative Cooperation).Sangat penting untuk bekerja bersama tim dari berbagai latar belakang secara harmonis. Latar belakang berbeda akan memberikan ide-ide yang lebih beragam yang akan membuka jalan bagi solusi yang lebih kreatif dan menguntungkan.

Bagian ketiga, perbarui diri (Renewal Self)
7. Asahlah Gergaji. Prinsip pembaruan diri seimbang (Sharpen the Saw: Principles of Balanced Self-Renewal).Ilustrasi, seseorang menggergaji sebatang pohon besar. Berjam-jam ia menggergaji, tanpa ada kemajuan yang berarti. Tapi ia terus saja menggergaji, tanpa berhenti, tanpa hasil, dan tanpa menyadari bahwa gergajinya telah tumpul. 

Seharusnya ia mengambil waktu untuk mengasah gergajinya, dengan begitu akan lebih mudah dan cepat menebang pohon yang sedang ia gergaji. 

Mengasah gergaji bisa dipahami, dimaknai sebagai liburan, melakukan hal-hal menyenangkan, mengerjakan hobi, dan semua hal yang membantu kita mendapatkan kesegaran dan semangat baru dalam melakukan pekerjaan rutin kita.

Semoga, saya akan selalu dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan, khususnya 7 kebiasaan yang benar dan baik tersebut, dan umumnya kebiasaan-kebiasaan yang benar dan baik lainnya, sehingga saya bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan, masyarakat, hingga bangsa, dan negara.

Semoga hati dan pikiran saya selalu bersih. Saya terus dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan otak (intelegensi) dan kepribadian (personality) untuk kebiasaan yang benar dan baik bagi kemaslahatan diri saya dan orang lain. Aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun