Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebiasaan Benar dan Baik

6 November 2022   16:53 Diperbarui: 6 November 2022   17:01 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebiasaan salah dan buruk

Bicara menyoal kebiasaan, kini di masyarakat kita, pun dapat dipetakan, mana kebiasaan yang sering menjadi berita viral khususnya di dunia media sosial (medsos). Dia adalah kebiasaan mencuit hal yang buruk, memecah belah persatuan dan mempolarisasi rakyat karena kepentingan.

Selain itu, di negeri ini, kita akan mudah menjumpai kebiasaan gaya hidup hedon yang dilalukan oleh manusia-manusia yang miskin hati dan pikiran. Manusia-manusia yang baru merasakan kaya harta alias Orang Kaya Baru (OKB). Lalu, kebiasaan berbohong, menipu, manipulasi, korupsi, kolusi, nepotisme, kepentingan-kepentingan, dll, yang justru dicontohkan oleh para pemimpin dan golongan elite, sehingga diteladani oleh rakyat. Padahal, semua itu adalah kebiasaan salah dan buruk.

Apakah para pemimpin dan elite di negeri ini di dominasi oleh manusia-manusia yang tidak terdidik? Tetapi mengapa mereka justru melakukan kebiasaan yang salah dan buruk. Melawan dan melanggar hukum. Melawan dan melanggar norma dan etika. Tuli, buta mata, dan hati, yang penting adalah kepentingannya sendiri dan kelompoknya.

Yang sangat memprihatinkan, demi kepentingan politik, kekuasaan, tahta, pemimpin kita dan pengaman negara malah merawat dan membiayai buzzerRp. Setiap detik mereka terus bercuit sesuai pesanan dan skenario, hilang rasa malu, sebab sejatinya mereka terus mempermalukan diri sendiri, hidup dari hasil nafkah megadu domba dan menciderai. 

Tidak gentar, berupaya terus menancapkan dan memaksakan kehedak, menggiring hati dan pikiran rakyat dengan opini-opini yang menambah perpecahan, perseteruan, dan konsisten mempolarisasi rakyat, tetapi bersembunyi dengan menggaungkan persatuan dan kesatuan.

Saya sebut, bila ini zaman penjajahan kolonialisme, mereka sama dengan kaki tangan musuh, musuhnya adalah penjajah moderen dari anak negeri sendiri, yang terus menjajah rakyat Indonesia. Hingga rakyat makmur sejahtera hanya bak legenda dan terus menjadi utopia (khayalan)

Kebiasaan yang mana?

Dari peta besar kebiasaan salah dan buruk di negeri ini, sejatinya mudah untuk mengurai dan membuat kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan yang benar dan baik. Syaratnya, setiap individu mampu merawat hati dan pikiran masing-masing. Tidak ikut arus, ikut menjadi bagian yang menebar kebiasaan salah dan buruk.

Selain utamanya tuntunan ajaran agama dan kepercayaan kepadaNya yang dianut oleh manusia, pasti dapat dijadikan pedoman untuk tidak terpeleset dalam perbuatan kebiasaan salah dan buruk, banyak pula ilmu, teori, hingga nasihat yang merupakan produk manusia, dapat dijadikan acuan untuk dapat merawat hati, pikiran, dan perbuatan menjadi terbiasa benar dan baik.

Saya kutip dari buku 7 Habbits of Highly Effective People karya Stephen R. Covey, ada kebiasaan yang berhubungan dengan diri sendiri, kebiasaan yang berhubungan dengan orang lain, serta kebiasaan untuk mengembangkan keahlian diri, bila dilakukan dengan benar dan baik serta konsisten, akan signifikan dampaknya pada diri dan orang lain yang bersinggungan dengan kita. Kebiasaan yang harus saya/kita lakukan di antaranya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun