Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ramai-ramai Netizen Geruduk Zaskia Adya Mecca Gara-Gara Sindir OJOL

6 September 2025   22:15 Diperbarui: 6 September 2025   18:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kronologi Zaskia Adya Mecca digeruduk netizen usai sindir pertemuan driver ojol dengan Gibran. Begini klarifikasinya! meccanism 

Di era media sosial seperti sekarang, satu kalimat atau satu postingan bisa jadi bola salju. Mulanya kecil, tapi ketika dilempar ke ruang publik, ia menggelinding, membesar, lalu menimbulkan riak yang tidak terkendali. Begitulah yang dialami Zaskia Adya Mecca, seorang artis yang sebelumnya lebih dikenal lewat perannya di layar kaca, juga sebagai istri sutradara Hanung Bramantyo. Kali ini bukan karena film atau karyanya, melainkan gara-gara sebuah unggahan soal ojek online (ojol) yang bertemu dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.

Apa yang awalnya mungkin dimaksudkan sebagai sindiran ringan, berakhir menjadi perbincangan nasional di jagat maya. Netizen, dengan segala sensitivitas dan kecurigaan khasnya, ramai-ramai "menggeruduk" akun Instagram Zaskia. Ada yang marah, ada yang tersinggung, ada pula yang sekadar ikut-ikutan memberi komentar. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa di dunia digital, kata-kata bisa lebih tajam dari pedang.

Zaskia Adya Mecca digeruduk netizen usai sindir ojol bertemu Gibran, klarifikasi bantah hina profesi, isu jadi pro-kontra publik di media sosial. - Tiyarman Gulo

Awal Mula Polemik, Postingan Zaskia yang Jadi Sorotan

Kronologi bermula pada Rabu, 3 September 2025, saat Zaskia Adya Mecca mengunggah sebuah postingan di akun Instagram pribadinya, @zaskiaadyamecca. Ia menyoroti momen pertemuan beberapa driver ojol dengan Wapres Gibran di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

Dalam unggahannya, Zaskia membandingkan penampilan driver ojol saat bertemu Wapres dengan kondisi mereka di lapangan. Menurutnya, jaket para ojol saat di Istana tampak bersih, cerah, bahkan seperti baru. Sebagai perbandingan, ia juga mengunggah video kondisi ojol yang sedang bekerja di jalanan, yang jaketnya sudah lusuh, kusam, dan apa adanya.

Kalimat Zaskia yang kemudian viral adalah,

"Ketika di lapangan nyari abang ojek online yang jaketnya cerah, bersih dan baru juga pakai sepatu bagus agak susah yaa. Kalo dapet yang begitu, cari di mana ya?"

Sekilas, kalimat ini bisa dianggap sindiran ringan. Namun, dalam iklim media sosial yang mudah panas, interpretasi orang bisa jauh berbeda.

Ledakan Kritik Netizen, Dari Salah Paham hingga Tuduhan Provokator

Tak butuh waktu lama, unggahan Zaskia langsung menuai banjir komentar. Ribuan netizen menyerbu kolom komentar, sebagian besar menuduh Zaskia merendahkan profesi ojol. Ada pula yang lebih jauh menudingnya sebagai "provokator" karena dianggap menyulut perpecahan di tengah situasi politik yang panas akibat aksi demo 17+8 tuntutan rakyat.

Bagi sebagian orang, komentar Zaskia terasa seperti meremehkan ojol. Padahal, bagi banyak masyarakat, ojol bukan sekadar profesi, mereka adalah penolong sehari-hari, dari mengantarkan makanan hingga menjadi transportasi murah meriah di tengah macet kota. Menyentuh hal sensitif soal ojol sama saja menyentuh urat emosional banyak orang.

Di sisi lain, ada juga yang menilai wajar kalau netizen curiga. Pasalnya, momen pertemuan ojol dengan Wapres Gibran terjadi tepat saat aksi besar-besaran berlangsung. Kehadiran ojol di Istana dianggap sebagian orang sebagai "kontra-narasi" terhadap aksi. Jadi, ketika Zaskia menyoroti penampilan mereka, tafsirnya bisa melebar ke arah politis.

Klarifikasi Zaskia, Bukan Merendahkan Ojol

Melihat serangan komentar yang terus membanjiri akun Instagram-nya, Zaskia tak tinggal diam. Ia memilih meng-arsipkan postingan tersebut, agar tidak semakin memicu perdebatan liar. Lewat unggahan klarifikasi, Zaskia menyampaikan beberapa poin penting,

  1. Ia tidak pernah bermaksud merendahkan profesi ojol. Sebaliknya, Zaskia mengaku kerap bergantung pada layanan ojol untuk aktivitas sehari-hari.
  2. Postingannya murni bersifat sarkastik, bukan hinaan.
  3. Ia sengaja mengarsipkan postingan tersebut karena tidak ingin ada penggiringan opini yang salah dan berakhir membuat warganet saling bertengkar.

Zaskia menulis,

"Aku juga yakin sebenarnya banyak yang paham maksudnya, tapi ada serangan komentar kurang dari satu jam langsung belasan ribu yang segera dibelokkan seolah-olah merendahkan pekerja ojol. Yang follow aku lama pasti tahu siapa aku, apa yang aku kerjakan juga perjuangkan. Mostly ke mana-mana aku naik ojol, aku nggak punya barang mahal, belanja baju baru aja bisa 1-2 tahun sekali."

Dengan nada menenangkan, ia juga mengajak masyarakat untuk tidak terpecah belah dan kembali fokus ke tujuan utama, yakni menyuarakan aspirasi rakyat.

Pro-Kontra Publik, Antara Nyinyir, Salah Tafsir, dan Pembelaan

Klarifikasi Zaskia ternyata tidak serta-merta menghentikan polemik. Netizen tetap terbagi dalam dua kubu,

  • Kubu kontra, Mereka yang tetap menilai Zaskia salah bicara, kurang bijak, dan seharusnya berhati-hati dalam menulis caption.
  • Kubu pro, Mereka yang memahami maksud sindiran Zaskia, bahwa ia justru mempertanyakan kejanggalan "tampilan kinclong" ojol saat bertemu pejabat, bukan menghina profesinya.

Beberapa komentar warganet bahkan berusaha meluruskan,

  • "Dia nyinyir ojol yang ketemu wapres, bukan nyindir ojol beneran."
  • "Aku mikirnya dia lagi sarkas aja, bukan merendahkan."

Perdebatan ini memperlihatkan betapa rapuhnya komunikasi di media sosial. Satu kalimat bisa menimbulkan makna yang berbeda, tergantung siapa yang membaca dan apa konteksnya.

Fenomena Sosial, Budaya "Geruduk" dan Salah Tafsir di Media Sosial

Kasus Zaskia hanyalah satu dari sekian banyak contoh betapa cepatnya publik bereaksi di dunia digital. Ada beberapa fenomena menarik yang bisa dicatat,

  1. Budaya Geruduk Netizen, Warganet Indonesia dikenal kompak kalau sudah marah. Dalam hitungan jam, sebuah postingan bisa banjir puluhan ribu komentar. Efeknya bisa merusak reputasi seseorang, meski niat awalnya tidak seburuk yang dituduhkan.
  2. Salah Tafsir Cepat Menyebar, Media sosial memotong jalur konfirmasi. Begitu orang salah paham, mereka langsung bereaksi tanpa mengecek konteks. Akibatnya, klarifikasi sering datang terlambat.
  3. Sisi Lain Selebrasi Digital, Artis atau figur publik sering dianggap punya "tanggung jawab moral" lebih besar. Sekali salah langkah, mereka jadi sasaran utama.

Dalam hal ini, Zaskia mungkin hanya ingin menyampaikan kritik halus, tapi interpretasi publik berkembang liar.

Pelajaran dari Kasus Ini, Bijak Bermedsos dan Peka pada Konteks

Ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah ini,

  • Hati-hati dengan kata-kata di ruang digital. Satu kalimat bisa dipelintir atau ditafsirkan berbeda oleh orang yang tidak kenal dekat dengan kita.
  • Sampaikan kritik dengan jelas. Jika ingin menyindir fenomena sosial, perjelas maksud agar tidak salah sasaran.
  • Netizen juga perlu menahan diri. Tidak semua postingan harus ditanggapi dengan amarah. Ada baiknya membaca ulang, mencari konteks, sebelum ikut "menghakimi".
  • Fokus pada isu besar. Seperti pesan Zaskia, energi publik lebih baik diarahkan untuk menyuarakan aspirasi rakyat ketimbang memperpanjang drama selebritas.

Jangan Lupa Tujuan Utama

Kasus Zaskia Adya Mecca hanyalah gambaran kecil dari betapa rumitnya komunikasi di era media sosial. Yang niatnya bercanda bisa dianggap serius, yang maksudnya sarkastik bisa dituduh menghina, dan yang seharusnya jadi kritik bisa berubah jadi fitnah.

Namun di balik itu, ada pesan penting, jangan sampai kita sebagai masyarakat mudah terpecah hanya gara-gara salah tafsir. Apalagi di tengah situasi politik yang penuh dinamika, energi kita sebaiknya difokuskan pada hal-hal yang lebih substansial, seperti memperjuangkan aspirasi rakyat, menuntut kebijakan yang adil, dan menjaga persatuan.

Zaskia mungkin sudah belajar bahwa setiap kata di media sosial bisa jadi boomerang. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah belajar untuk lebih bijak sebelum mengetik komentar?.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun