Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perisitiwa Berulang: Dari Malari '74, Reformasi 98 hingga Ojol di 2025

29 Agustus 2025   14:10 Diperbarui: 29 Agustus 2025   14:10 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih di bulan kemerdekaan RI ke-80. Peristiwa seorang pengemudi ojol online dilindas rantis Brimob, pada 28 Agustus 2025 kali ini memantik ingatan kita semua akan tragedi luka bangsa ini yang telah lalu.

Tragedi Malari '74 hingga reformasi '98 mengundang nurani penulis untuk mengintipnya lagi. Bukan membuka luka lama, tapi menyiapkan tinta untuk sama-sama belajar.

Rene seorang mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) saat ikut demonstrasi yang dikenal dengan peristiwa Malari '74. Ia tertembak persis depan kampus Trisakti.

Berlajut pada reformasi '98 dimana 4 mahasiswa Trisakti tertembak tewas oleh aparat. Tragedi ini terjadi pada 12 Mei 1998.

Kisah dan foto mereka di atas jadi pemantik perlawanan. Pada tahun yang sama rezim kala itu pun runtuh, seolah lupa, semua gagap gempita merayakan era reformasi.

Kebijakan pemerintah dan perlawanan

Jakarta bergerolak pada 15 Januari 1974 diakibatkan oleh kebijakan pemerintah akan banjirnya modal asing. Kerusuhan rakyat pun tak terbendung.

20 tahun kemudian krisis ekonomi terjadi. Rupiah melemah dengan nilai tukar dolarnya menembus di angka Rp. 20.000 per dolar.

Perlawanan pun bergelombang menjadi arus kekuatan rakyat. Naasnya, korban sipil terus jadi tumbal. Hilangnya nyawa hingga kita menyaksikan peristiwa Semanggi I dan Semanggi II.

Kali ini kita tidak sedang menghitung angka statistik korban, tapi ini tentang kebijakan yang berani menghilangkan aspek kemanusiaan. Dimana nuraninya?

Bahkan satu nyawa sekalipun jadi korban kematian. ini tentang kemanusiaan sekali lagi. Tragedi Ojol 2025 membuat kita semua kecewa, negara dan aparatnya seolah tidak belajar dari sejarah justru mewariskan tindakan "anti" kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun