Ini adalah agresi pasif. Sigmund Freud mengingatkan kita, "Kita tak pernah selemah ini melawan penderitaan selain saat kita mencintai."Â
Luka dari orang terdekat seringkali terasa paling dalam. Jika kata-kata mereka lebih sering menjatuhkan daripada membangun, itu bukan lagi candaan. Itu adalah disrespect.
4. Pagar Tak Terlihat yang Terus Dilompati, ya, Dia Mengabaikan Batasanmu!
Dirimu memiliki sebuah pagar tak terlihat di sekelilingmu. Pagar ini adalah batasan pribadimu, waktu istirahatmu, hal-hal yang tidak nyaman kamu bicarakan, atau caramu ingin diperlakukan. Hubungan yang sehat menghormati pagar ini.
Namun, ketika seseorang mulai kehilangan rasa hormat, mereka akan terus melompati pagar itu. Mereka meneleponmu di luar jam kerja untuk hal yang tidak penting, meminjam barang tanpa izin, atau mendorongmu melakukan sesuatu yang sudah kamu katakan tidak kamu inginkan. Menurut penelitian, ini seringkali merupakan upaya untuk mengendalikan atau mendominasi. Saat batasanmu diabaikan, itu adalah sinyal keras bahwa kenyamanan dan kemandirianmu tidak lagi penting bagi mereka.
5. Saat Hatimu Bicara pada Tembok! Dia Tidak Peduli dengan Perasaanmu
Kamu baru saja mengalami hari yang buruk dan mencoba berbagi keluh kesah. Respons mereka? "Oh," lalu mereka mengganti topik. Atau lebih buruk, mereka mengatakan bahwa kamu terlalu berlebihan. Hilangnya empati adalah bendera merah yang sangat besar.
Ketika seseorang menghormatimu, mereka juga menghormati duniamu, termasuk perasaanmu. Mereka mungkin tidak selalu setuju, tapi mereka akan mencoba memahami. Ketika rasa hormat itu memudar, mereka berhenti berusaha. Perasaanmu dianggap sebagai gangguan atau drama yang tidak penting. Ingat, perasaanmu itu nyata dan valid. Siapapun yang membuatnya terasa sepele, sejatinya tidak menghormatimu sebagai manusia seutuhnya.
6. Topeng Sopan Santun yang Dingin dan Berjarak (Ini yang Paling Mengejutkan!)
Ini mungkin terdengar aneh, tapi waspadalah saat seseorang tiba-tiba menjadi terlalu sopan. Bukan sopan yang hangat dan tulus, melainkan sopan yang kaku, formal, dan dingin. Obrolan yang dulu penuh tawa dan cerita pribadi kini berubah menjadi basa-basi soal cuaca. Mereka selalu membalas pesan, tapi dengan jawaban satu kata.
Kesopanan yang berlebihan ini seringkali adalah sebuah tembok. Ini adalah cara paling "aman" untuk menciptakan jarak emosional tanpa harus memulai konflik. Mereka berinteraksi denganmu sekadar untuk memenuhi norma sosial, bukan karena keinginan tulus untuk terhubung. Rasa hormat sejati lahir dari keaslian. Jika seseorang hanya menyodorkan topeng kesopanan, itu pertanda mereka sudah tidak ingin membiarkanmu masuk lebih dalam.
7. Mata Uang Paling Berharga yang Dibuang Sia-sia dengan Tidak Menghargai Waktumu
Waktu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa kita beli kembali. Cara seseorang memperlakukan waktumu adalah cerminan langsung dari seberapa besar mereka menghargaimu. Apakah mereka sering terlambat tanpa kabar? Membatalkan janji di menit-menit terakhir dengan alasan sepele? Atau hanya menghubungimu saat mereka butuh sesuatu?
Psikolog M. Scott Peck menulis, "Sampai kamu menghargai diri sendiri, maka kamu tidak akan menghargai waktumu."Â
Prinsip ini juga berlaku sebaliknya. Seseorang yang menghormatimu akan menghargai waktumu sama seperti mereka menghargai waktu mereka sendiri. Jika waktumu terus-menerus dianggap tidak berharga, itu adalah pesan yang sangat jelas. Kamu tidak lagi menjadi prioritas.