Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

7 Sinyal Halus Seseorang Diam-diam Tak lagi Menghormatimu (No 6 Paling Mengejutkan dan Tak Disadari)

19 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 18 Agustus 2025   15:59 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tanda seseorang yang dikenal telah kehilangan rasa hormat terhadap diri sendiri (azerbaijan_stockers/freepik.com) 

Pernahkah kamu berada dalam satu ruangan dengan seseorang yang kamu kenal baik, tapi rasanya seperti ada jurang tak terlihat di antara kalian? Tidak ada pertengkaran, tidak ada teriakan. Yang ada hanya keheningan yang aneh, obrolan yang terasa dangkal, dan perasaan mengganjal bahwa kamu tidak lagi "terlihat" olehnya. Ini adalah perasaan yang membingungkan, karena tidak ada yang bisa kamu tunjuk sebagai kesalahan.

Ketika seseorang mulai kehilangan rasa hormat, mereka jarang mengumumkannya. Rasa hormat tidak pergi dengan ledakan, tapi ia merayap pergi dalam keheningan, meninggalkan jejak-jejak kecil dalam perubahan sikap dan perilaku. Sinyal-sinyal ini begitu halus, seringkali kita meragukan intuisi kita sendiri.

Tapi perasaanmu itu valid. Jika kamu merasa ada yang salah, kemungkinan besar memang ada. 

Mari kita belajar menjadi detektif emosional dan membaca bahasa sunyi dari hilangnya rasa hormat, berdasarkan kacamata psikologi.

Seseorang tak lagi hormat? Kenali sinyalnya: tatapan kosong, pendapat diabaikan, hingga sikap terlalu sopan. Pahami tanda ini untuk melindungi dirimu. - Tiyarman Gulo

1. Jendela Jiwa yang Tertutup Rapat dengan Menghindari Kontak Mata

Kita semua tahu rasanya. Kamu sedang bersemangat menceritakan sesuatu, tapi mata lawan bicaramu menatap ke mana saja, ke ponselnya, ke luar jendela, ke dinding, selain ke matamu. Rasanya seperti berbicara pada tembok. Kontak mata adalah jembatan paling dasar dalam koneksi manusia. Saat jembatan itu sengaja dihindari, itu adalah cara tubuh secara naluriah berkata, "Aku tidak ingin terhubung denganmu saat ini."

Meskipun ini bisa terjadi karena malu atau gugup, jika ini menjadi pola yang konsisten dari seseorang yang sebelumnya nyaman menatapmu, anggap ini sebagai sinyal pertama. Mereka mungkin sedang membangun barikade non-verbal karena merasa negatif atau tidak nyaman di dekatmu.

2. Kamu Bicara, Tapi Hanya Gema yang Terdengar, Pendapatmu Diabaikan!

Mereka mungkin mengangguk. Mereka mungkin berkata, "Hmm, iya juga ya." Tapi setelah itu, idemu tidak pernah dibahas lagi, saranmu diabaikan, dan keputusan dibuat seolah-olah kamu tidak pernah berbicara. Ini adalah salah satu tanda paling menyakitkan, karena ini menyerang langsung valuasimu sebagai individu yang berpikir.

Psikolog legendaris Carl Rogers pernah berkata, "Mendengarkan tanpa menghakimi dan tanpa mencoba mengubah adalah bentuk penghargaan tertinggi." 

Saat seseorang berhenti memberimu penghargaan itu, mereka sebenarnya sedang mengatakan bahwa perspektifmu tidak lagi berbobot bagi mereka. Mendengarkan sejati adalah tindakan menghormati. Jika kamu hanya "didengar" tapi tidak pernah benar-benar "didengarkan", mungkin sudah saatnya kamu mengevaluasi posisimu.

3. Senjata Tajam Berbalut Canda, Meremehkanmu Terus-Menerus

"Ah, kamu kan baperan."
"Cuma bercanda kok, gitu aja marah."

Kalimat-kalimat ini mungkin terdengar familiar. Seseorang yang kehilangan rasa hormat seringkali menggunakan "candaan" sebagai kedok untuk melontarkan kritik, sindiran, atau meremehkan pencapaianmu. Mereka menyoroti kesalahanmu di depan umum atau membuat lelucon tentang kekuranganmu. Saat kamu tersinggung, mereka akan bersembunyi di balik tameng "hanya bercanda".

Ini adalah agresi pasif. Sigmund Freud mengingatkan kita, "Kita tak pernah selemah ini melawan penderitaan selain saat kita mencintai." 

Luka dari orang terdekat seringkali terasa paling dalam. Jika kata-kata mereka lebih sering menjatuhkan daripada membangun, itu bukan lagi candaan. Itu adalah disrespect.

4. Pagar Tak Terlihat yang Terus Dilompati, ya, Dia Mengabaikan Batasanmu!

Dirimu memiliki sebuah pagar tak terlihat di sekelilingmu. Pagar ini adalah batasan pribadimu, waktu istirahatmu, hal-hal yang tidak nyaman kamu bicarakan, atau caramu ingin diperlakukan. Hubungan yang sehat menghormati pagar ini.

Namun, ketika seseorang mulai kehilangan rasa hormat, mereka akan terus melompati pagar itu. Mereka meneleponmu di luar jam kerja untuk hal yang tidak penting, meminjam barang tanpa izin, atau mendorongmu melakukan sesuatu yang sudah kamu katakan tidak kamu inginkan. Menurut penelitian, ini seringkali merupakan upaya untuk mengendalikan atau mendominasi. Saat batasanmu diabaikan, itu adalah sinyal keras bahwa kenyamanan dan kemandirianmu tidak lagi penting bagi mereka.

5. Saat Hatimu Bicara pada Tembok! Dia Tidak Peduli dengan Perasaanmu

Kamu baru saja mengalami hari yang buruk dan mencoba berbagi keluh kesah. Respons mereka? "Oh," lalu mereka mengganti topik. Atau lebih buruk, mereka mengatakan bahwa kamu terlalu berlebihan. Hilangnya empati adalah bendera merah yang sangat besar.

Ketika seseorang menghormatimu, mereka juga menghormati duniamu, termasuk perasaanmu. Mereka mungkin tidak selalu setuju, tapi mereka akan mencoba memahami. Ketika rasa hormat itu memudar, mereka berhenti berusaha. Perasaanmu dianggap sebagai gangguan atau drama yang tidak penting. Ingat, perasaanmu itu nyata dan valid. Siapapun yang membuatnya terasa sepele, sejatinya tidak menghormatimu sebagai manusia seutuhnya.

6. Topeng Sopan Santun yang Dingin dan Berjarak (Ini yang Paling Mengejutkan!)

Ini mungkin terdengar aneh, tapi waspadalah saat seseorang tiba-tiba menjadi terlalu sopan. Bukan sopan yang hangat dan tulus, melainkan sopan yang kaku, formal, dan dingin. Obrolan yang dulu penuh tawa dan cerita pribadi kini berubah menjadi basa-basi soal cuaca. Mereka selalu membalas pesan, tapi dengan jawaban satu kata.

Kesopanan yang berlebihan ini seringkali adalah sebuah tembok. Ini adalah cara paling "aman" untuk menciptakan jarak emosional tanpa harus memulai konflik. Mereka berinteraksi denganmu sekadar untuk memenuhi norma sosial, bukan karena keinginan tulus untuk terhubung. Rasa hormat sejati lahir dari keaslian. Jika seseorang hanya menyodorkan topeng kesopanan, itu pertanda mereka sudah tidak ingin membiarkanmu masuk lebih dalam.

7. Mata Uang Paling Berharga yang Dibuang Sia-sia dengan Tidak Menghargai Waktumu

Waktu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa kita beli kembali. Cara seseorang memperlakukan waktumu adalah cerminan langsung dari seberapa besar mereka menghargaimu. Apakah mereka sering terlambat tanpa kabar? Membatalkan janji di menit-menit terakhir dengan alasan sepele? Atau hanya menghubungimu saat mereka butuh sesuatu?

Psikolog M. Scott Peck menulis, "Sampai kamu menghargai diri sendiri, maka kamu tidak akan menghargai waktumu." 

Prinsip ini juga berlaku sebaliknya. Seseorang yang menghormatimu akan menghargai waktumu sama seperti mereka menghargai waktu mereka sendiri. Jika waktumu terus-menerus dianggap tidak berharga, itu adalah pesan yang sangat jelas. Kamu tidak lagi menjadi prioritas.

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?

Membaca daftar ini mungkin terasa menyakitkan, terutama jika kamu mengenali beberapa tanda pada orang-orang di sekitarmu. Tapi tujuannya bukanlah untuk menuduh atau memulai pertengkaran. Tujuannya adalah untuk memberimu kejelasan.

Mengenali sinyal-sinyal ini adalah tindakan menghargai diri sendiri. Ini adalah langkah pertama untuk memahami dinamika hubunganmu yang sebenarnya. Dari sini, kamu punya pilihan. Apakah kamu ingin mencoba membicarakannya dan memperbaiki hubungan itu, atau apakah sudah saatnya kamu melangkah pergi untuk melindungi kedamaian dan harga dirimu.

Ingat, kamu berhak mendapatkan rasa hormat yang tulus dan tanpa syarat. Jangan pernah merasa bersalah karena menginginkan hal yang paling mendasar dalam sebuah hubungan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun