Terkadang aku berpikir, apakah mereka kurang edukasi dalam memahami kalimat dari Pembawa acara? ataukah hanya demi mengejar waktu dan mengabaikan kenyamanan orang lain?
Aku sering punya pengalaman hal tersebut. Hampir terjadi di setiap acara pernikahan baik itu di lapangan terbuka maupun di dalam sebuah gedung serbaguna sekelas kota kabupaten. Ketika tiba acara memberi ucapan selamat kepada pengantin dipersilahkan deretan bapak-bapak kemudian diikuti deretan ibu-ibu. Pada menit pertama masih tertib, namun di menit berikutnya para ibu-ibu sudah tidak sabar, maka tanpa perintah merekapun bangun dan menyelipkan diri di antara tamu lelaki demikian sebaliknya. Dan akhirnya diikuti oleh yang lain untuk ikut serta berdesakan untuk segera mengucapkan selamat.
Tata tertib yang berantakan
Dilema antara budaya yang buruk dan karakter yang kurang disiplin.Â
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran diri untuk menanamkan karakter disiplin pada diri sejak dini. Menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi berbagai tantangan budaya antre ini antara lain dengan memberikan edukasi berkelanjutan dari sekolah, keluarga, dan masyarakat, menerapkan aturan sanksi yang tegas dan jelas bagi yang melanggar.
Karena bagaimanapun kita harus menyadari bahwa budaya antre tidak selalu berkaitan dengan pendidikan formal. Budaya antre bisa kita lakukan dan terapkan sejak dini pada diri sendiri dan keluarga kita dengan bisa bersikap sabar dan membiasakan diri untuk peduli dengan orang lain. Sehingga hal ini tidak lagi dianggap sepele, karena karakter yang baik akan terlihat dari sikap hidup yang baik di masyarakat.Â
Semoga masyarakat semakin menyadari hal ini.
Harapan masa depan yang lebih baik, bukan?Â
Salam Literasi
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI