Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Era Kopi Tanpa Kedai? 'Just-Pretending-Leisure' Class Kehilangan Penanda

15 Juni 2020   22:57 Diperbarui: 13 April 2024   23:19 2860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Conspicuous consumption! Demikian istilah yang boleh kita pinjam dari Thorstein Veblen untuk menamakan ekspresi budaya masyarakat perkotaan tadi.

Veblen menggunakan Conspicuous consumption, 'konsumsi yang mencolok' untuk menunjukkan watak kelas atas yang gemar membeli barang-barang mahal atau mengonsumsi produk berkualitas tinggi, bukan demi kepuasan atas nilai guna (manfaat) dari barang dan jasa tersebut melainkan melainkan ajang pamer.

Sebenarnya conspicuous consumption bukanlah gagasan sentral dalam buku Veblen, The Theory of the Leisure Class (1899). Artinya bukan barang-barang mahal objek pameran utama. Barang-barang branded, langka, dan berkualitas nomor satu hanya turunan atau konsekuensi dari objek pokok pameran: waktu luang.

Waktu luang lah menjadi kemewahan utama dan objek pokok pameran sebab itulah yang paling mendasar membedakan elit dari mayoritas commoners. 

Kelas elit teratas tak perlu bekerja dan tetap bisa hidup mewah. Orang-orang biasa menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya untuk banting tulang, sebagian besar bahkan hanya demi mengganjal perut sehari saja.

"This direct, subjective value of leisure and of other evidences of wealth is no doubt in great part secondary and derivative. It is in part a reflex of the utility of leisure as a means of gaining the respect of others, and in part it is the result of a mental substitution. The performance of labour has been accepted as a conventional evidence of inferior force; therefore it comes itself, by a mental short-cut, to be regarded as intrinsically base".  -Thorstein Veblen- The Theory of The Leisure Class. Hal. 29-30

Leisure class dalam terminologi Veblen adalah seluruh saja grup sosial yang tidak harus bekerja namun bisa hidup berkelebihan. Grup-grup sosial ini ada dalam berbagai tahap perkembangan corak produksi atau sistem sosial. Menurut Veblen, leisure class telah terbentuk semenjak fase puncak masyarakat barbar.

Sekitar 15 tahun setelah buku Veblen, terbit pula buku berjudul nyaris serupa, ditulis salah seorang pemikir besar Bolshevik Rusia, Nikolai Bukharin Judulnya The Economic Theory of the Leisure Class.

Berbeda dengan Veblen, Bukharin menggunakan istilah leisure class untuk borjuasi yang menikmati kemewahan dari rente.

Bukharin meminjam penjelasan tentang kelahiran strata borjuasi rente dari buku (brosur) Alexander Parvus, Der Staat, die Industrie und der Sozialismus. 

Saya tidak memilikinya, meski punya buku sejarah hidup Parvus -ia salah seorang pemikir besar revolusiner, memiliki pengaruh besar terhadap Trostky serta para intelektual Jerman dan Turki pra-1920an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun