Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Era Kopi Tanpa Kedai? 'Just-Pretending-Leisure' Class Kehilangan Penanda

15 Juni 2020   22:57 Diperbarui: 13 April 2024   23:19 2860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan dunia mulai mendiskusikan lagi bentuk-bentuk jaring pengaman sosial yang cocok untuk menyambut kondisi itu, salah satunya dengan mempertimbangkan Universal Basic Income--Spanyol akhirnya menerapkan ini sejak bulan Mei. Bukan karena dampak revolusi industri 4.0 tetapi dampak pandemi Covid-19. 

Lalu ... pandemi. Hal-hal yang seharusnya diubah oleh kehadiran artificial intelligence, robot-robot yang menjadi kian manusiawi itu, justru dipercepat pewujudannya oleh virus, mahkluk setengah-hidup-setengah-mati yang tiada mampu kita kontrol.

"Kami mempercepat rencana transformasi toko untuk mengatasi situasi saat ini, sambil tetap memberikan pengalaman yang aman, akrab, dan nyaman bagi pelanggan kami," kata CEO Starbucks Kevin Johnson [1]

Rupanya starbucks memang sudah punya rencana merombak konsep kedainya. Aslinya rencana itu akan dijalankan tiga hingga lima tahun ke depan. Tetapi pandemi Covid-19 memaksa mereka untuk bertindak sekarang.

Siapa yang bertindak cepat menyesuaikan bisnisnya dengan kondisi saat ini --yang sudah pasti menjadi new normal di masa mendatang-- akan lebih cepat pula kembali terjun ke pasar dan bisa jadi pemimpin bisnis.

Karena itu starbucks menutup 400 kedainya selama 18 bulan ke depan untuk diubah konsepnya. Akan ada lebih besar dan lebih banyak ruang khusus layanan drive-thru dan konter terpisah yang melayani pemesan via aplikasi daring.

Perubahan itu bertujuan menciptakan ruang kerja dan pelayanan kepada pelanggan yang lebih aman dalam kondisi normal baru.

Itu berarti, meski masih akan ada pengunjung yang menikmati kopi di starbucks, akan lebih besar proporsi konsumen yang membeli untuk menikmatinya di tempat lain --mungkin dalam kesendirian menatap senja saat gerimis membasahi jendela.

Itu berarti pula, lebih banyak orang 'terpaksa' -- demi selamat dari Covid-19 di masa new normal-- menikmati kopi tanpa turut menikmati kedai.

Kalau ini jadi kecenderungan umum, banyak kedai akan menyepi, berubah menjadi cuma penjaja kopi. Kurang lebih seperti booth kopi instan di pelataran mall.

Perceraian coffee-cafe sama artinya dengan memudarnya salah satu simbol --tentu saja turut hilang pula maknanya, petandanya-- gaya hidup dan status sosial kelas menengah perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun