"In the logic of signs, as in that of symbols, objects are no longer linked in any sense to a definite function or need. Precisely because they are responding here to something quite different, which is either the social logic or the logic of desire, for which they function as a shifting and unconscious field of signification." -Jean Baudrillard- The Consumer Society: Myths and Structures. hal. 77
"Dalam logika tanda, seperti halnya simbol, objek tidak lagi terhubung dalam arti apa pun dengan fungsi atau kebutuhan tertentu. Justru karena mereka merespons sesuatu yang sangat berbeda di sini, yang bisa berupa logika sosial atau logika hasrat, yang berfungsi sebagai bidang penandaan yang bergeser dan tidak sadar."
Si pemuda tidak menikmati kopi sebagai minuman berkafein pembangkit semangat. Ia tidak datang ke cafe karena butuh kawan ngobrol atau hendak menikmati kopi nikmat khas racikan barista di sana. Tidak!
Si pemuda tak sungguh butuh kopi dan kedai sebagai kopi dan kedai. Ia hanya berhasrat pada petanda, 'signified' yang masyarakat (dan industri kebudayaan) lekatkan pada kopi dan kedai: gaya hidup kelas menengah urban. Ia ingin dianggap layak menjadi bagian itu.
Bukan saja kopi dan kedai dimanipulasi fungsinya sebagai penanda status sosial; status itu sendiri sebuah ilusi, sebuah citra yang dipalsukan.
Pemuda-pemuda masuk cafe, memesan kopi yang di sejumlah cafe tidak lagi sungguh-sungguh kopi, sebab telah bercampur banyak bahan tak lazim, yang oleh besar proporsi bahan-bahan itu, kopi menjadi pinggiran dalam campurannya.
Sebelum kopi yang overpriced itu dicicipi, si pemuda -demikian pula anggota kumpulannya, masing-masing bertindak serupa- mengambil smartphone berfitur andalan front camera berpixel besar; mengabadikan diri dan kumpulannya.
Kopi belum dicicipi, sebab yang utama adalah menyebarkan foto tadi -disertai caption, "rutinitas pulang kerja"- ke berbagai media sosial: instagram, twitter, dan facebook.
Lalu pemuda-pemuda itu menyeruput kopi ... lalu kembali mengetik di smartphone masing-masing ... lalu seruput lagi ... lalu handphone lagi.
Tubuh-tubuh mereka ngopi bareng di kedai mahal itu, tetapi jiwa mereka sibuk cengkerama dengan kawan-kawan lain  yang sebagian besar tidak mereka kenali, berada di antah berantah belahan dunia dan bersimpul di media sosial.
Apa arti semua ini?