Atas asar itu, dirinya memutuskan untuk melakukan dan menjalani vasektomi, demi keselamatan istri yang teramat ia cintai, demi kebahagiaan anak-anak yang ia sayangi, demi tanggung jawabnya sebagai seorang pelindung dan penopang keluarga. Dia rela dan dengan penuh cinta melakukan vasektomi tersebut.
Waktunya Mengubah Cara Pandang tentang Vasektomi
Vasektomi bukan hanya sekadar tindakan medis, namun vasektomi dapat dikatakan sebagai simbol kesadaran, cinta dan juga kemitraan. Hal ini sangat beralasan sekali, karena kehidupan masyarakat kita yang masih memegang teguh budaya patriarki, keberanian dan keputusan seorang pria untuk melakukan dan menjalani vasektomi, akan menjadi kisah perjuangan yang dapat menumbuhkan kesadaran dalam kesetaraan.
Pentingnya edukasi yang terbuka, tanpa stigma sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan pemahaman dan pandangan yang benar tentang vasektomi, sehingga muncul kesadaran baru. Sehingga masyarakat menyadari bahwa kejantanan bukan sekadar soal membuahi rahim perempuan.
Tetapi menyangkut bagaimana pria sebagai suami memiliki kesadaran dan kesediaan untuk berbagi beban, dan juga keberanian untuk mengambil keputusan demi orang-orang yang dicintai, karena sudah waktunya pria turut ambil peran. Vasektomi bukan akhir dari kejantanan seorang pria, tetapi merupakan permulaan dari cinta yang lebih bertanggung jawab.***
Baca juga Puisi: Segelas Sunyi, Serupa lara
@senimelipatluka, 2 Mei 2025
Tulisan ke-26 Tahun 2025
#Puisi ke 19 Tahun 2025
#Artikel ke-8 Tahun 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI