Mohon tunggu...
Theresia Martini
Theresia Martini Mohon Tunggu... Lainnya - Pencinta Keheningan

Menulis adalah tantangan jiwa, mengalahkan diri, sejauh kaki terus melangkah ke depan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gemercik Kerinduan Padamu, Mengalir Deras dalam Nadi Sepiku

14 Maret 2024   09:16 Diperbarui: 14 Maret 2024   09:20 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com/id/photos/alam-hutan-lanskap-di-malam-hari-3194001/

Gemercik Kerinduan Padamu, Mengalir Deras dalam Nadi Sepiku

Kuintip celah jendela hatiku, terlihat jiwaku sedang tersenyum hambar, sendiri! Ditemani selimut malam, begitu sunyi, sendiri, tanpa dirimu lagi. Tertunduk lemah menatap hampa kesunyian, mencoba kembali berdiri meraih langkah pasti.

Denting gitar yang terpetik, tak mungkin mampu mengusir dinginnya hati menguliti, bayang kerinduan terus menari dan menggelitik perih. Sengal hempasan nafas pun kini begitu berat, menyeringai seakan menertawai diriku.

Memeluk kenangan ceria, meliuk dan melenggok bagai tubuh mungil menari lincah mengikuti irama waktu berlalu, hingga tarian bayang pelukis rasa, sirna tertiup bayu tersiram sang waktu.

Kau pergi dalam sejuta deritamu, bentangan jelaga yang harus kau lewati, mengisi hari-harimu sebelum ajal menjemputmu, sebelum sepi merampas bahagia kita. Aku hanya mampu menggenggam harap tentang cerita kita. Malam ini, jiwaku kembali merindu menari bersama bayangmu.

Namun, hanya gurat sepi malam hadir dan setia menemaniku. Mungkinkah langkah ini terhenti sampai di sini? Atau terus melangkah bersama pedihnya jiwa menemani? Melepaskan waktu terbiar sepi? Akh, kesah jiwa ini temui rimba sepi yang tak mungkin dipungkiri lagi.

Gemercik kerinduan padamu, mengalir deras dalam nadi sepiku, namun semua tak lagi terdengar merdu di telinga jiwaku, bagai permadani malam tanpa binar gemintang, dalam dekapan selimut malam yang menjelaga jiwa.

Bayang tarian kerinduan padamu, kian mengusik jiwaku, menggelitik sudut hati terpapah parah,  gontai dalam gurat kepedihan yang tak bertepi, seperti halnya senyum dan suaramu, selalu menyapa renyah dan lembut merayu merdu penuh kerinduan. Selamat jalan mama, bahagia surga milikmu

Gemercik Kerinduan Padamu, 13 Maret 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun