Bandung dan Kekasih menjadi destinasi rindu paling menggetarkan
di malam yang sunyi, bintang-bintang berbinar aku duduk sendiri, merenungi mimpi yang liar
Pesan bintang dari ayah: Sebuah puisi cinta yang mengalir di malam sunyi, mengisahkan kerinduan, cinta & doa seorang ayah kepada putrinya yang jauh.
Ah, seperti apakah kepulanganku nanti, Aku tak mau pulang dengan membawa kerisauan
Aku rindu, teramat rindu dari ujung kaki sampai kepala; dari terjaga hingga terlelap
Sebuah puisi tentang kerinduan hati akan seorang wanita dengan paras cantik nan rupawan
kerinduan dan kesedihan yang tidak bisa terlukiskan dan hanya bisa dirasakan oleh hati yang terdalam.Ibu adalah sosok yang paling dirindukan
Kerinduan akan cinta yang kandas sebelum pernah dimulai
Suara gemuruh ombak, Semakin jelas terdengar diseberang lautan, Hati masih dalam dekapan hujan, Mengiringi langkah gelap mulai tiba
Tentang rasa cinta yang penuh luka lara, Hingga mendera di hati jiwa, Menyusuri angan-angan rindu
Mungkin waktu bisa menjadi racun. Jeda antarinterval di lingkaran kegelisahan dan kengerian.
Kerinduan kita akan Allah tidaklah sebesar kerinduan-Nya akan kita. Bait Allah bukan lagi bangunan, tetapi tubuh kita sendiri.
Kerinduan pada keluarga membuat mereka penghuni panti werdha ingin pulang. Berkumpul bersama anak dan cucu.
untuk setiap cerita di pasar dan pertemuan yang berharga
Di tepian kerinduan terhampar asa, terpapar dalam kehampaan yang mendalam. Apakah akan ada harapan di sana?
dalam sepi malamku, ada rindu yang selalu datang mengganggu perasaan ini Hingga mataku takjua mau terpejam
Dalam hampa yang sunyi, Kerinduan membelai jiwa, Membawa ku dalam jelajah, Jejak-jejak yang hilang tak kembali.
Di dalam heningnya semesta, kerinduan terpendam tanpa suara. Sebuah getaran yang terselip dalam rahasia tak terungkap, mencari jalan untuk diwujudkan.