("Rindu Masa Kecil di Kampungku")
Ada masa yang kini hanya tinggal kenangan,
saat dunia begitu sederhana dan hati belum kenal beban,
ketika pagi disambut ayam berkokok ramai-ramai,
dan suara sapu lidi ibu jadi musik paling damai.
Aku rindu jalan tanah di depan rumah,
tempat kaki kecilku dulu lari tanpa alas, tanpa gelisah,
di kiri-kanan ada pagar hidup---semak bunga, pohon pisang,
dan ayam-ayam tetangga berkejaran, membuat pagi makin riang.
Sore hari kami duduk di beranda,
melihat langit berubah jingga,
sambil menyantap pisang goreng buatan nenek tercinta,
hangatnya tak hanya di tangan, tapi meresap sampai ke jiwa.
Di belakang rumah, pohon jambu masih jadi raja,
tempat petualangan kecil dimulai tanpa rencana,
jatuh, tertawa, naik lagi tanpa takut luka,
karena hidup waktu itu begitu lega.
Aku rindu malam dengan suara jangkrik dan tokek,
nyanyian alam yang tak pernah membuat takut atau sepi,
lampu minyak menyala redup dari rumah ke rumah,
namun cukup terang untuk hati yang damai dan bersahaja.
Kini aku dewasa,
dan kampung itu telah banyak berubah,
tapi kenangan kecil di sudut-sudutnya
masih membisikkan rindu setiap malam menjelang.
Tuhan...
Jika waktu tak bisa kuputar,
biarkan saja kenangan ini tetap menyala,
karena masa kecilku bukan sekadar cerita---
ia adalah cahaya,
yang tak pernah padam meski usia bertambah.
"Sebagai pengingat, ketika zaman beredar semakin cepat tanpa terasa"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI