Mohon tunggu...
Indira
Indira Mohon Tunggu... Freelancer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Heart to Heart - kisah dua sahabat yang dapat bertelepati

23 Juni 2020   15:11 Diperbarui: 22 April 2021   20:47 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Lihat ke depan sebentar!

            Jangan sekarang, nanti Frau Schiller ma..

 "Edward, apa yang sedang kamu lakukan?" jantung Edward serasa berhenti selama beberapa detik. Astaga! Seisi kelas kini hening memperhatikan dirinya yang masih diam membeku dengan tangan kirinya yang masih terangkat ke atas. Sial! Teman-teman kelasnya akan semakin menganggap dirinya aneh. Seperti kata Shane waktu itu, "makhluk astral". Bukan memperbaiki reputasinya, kejadian tadi hanya akan membuat reputasinya bertambah buruk apabila anak kelas lain sampai tahu apa yang baru saja ia lakukan.

"Entschuldigung (maaf dalam bahasa Jerman), Frau (panggilan Ibu dalam bahasa Jerman) Schiller," jawab Edward pelan, sebelum akhirnya ia kembali duduk diiringi suara anak-anak kelas ekskul bahasa Jerman yang tertawa terbahak-bahak.

Nah udah gue bilang kan?

Edward melirik ke arah Emilda, anak perempuan bermata cokelat karamel itu ikut tertawa bersama yang lain. Tidak salah juga mereka tertawa. Seorang Edward yang jarang berbicara di kelas, dijuluki ansos (anti sosial)  tiba-tiba  menari-nari sendiri di tengah kelas bahasa Jerman.

Emilda yang kerap disapa Mil oleh Edward itu sudah menjadi teman sekelasnya dari SMP. Walaupun SMA mereka sudah tidak pernah sekelas lagi, sesuatu menyatukan mereka berdua, yang akhirnya membuat mereka menjadi sangat dekat, jauh dari sebelumnya.

Telepati.

Edward tidak menyangka bahwa ada orang lain di sekolah yang juga memiliki kemampuan unik itu. Ia bisa mencurahkan keluh kesahnya dengan Emilda tanpa harus bertatap muka, ketika bosan di tengah pelajaran, terkadang Edward juga mengajak Emilda mengobrol. Walaupun hanya sebuah percakapan singkat, setidaknya Edward merasa terhibur. Ketika ia malas, Emilda juga biasa menyemangatinya, dan tak jarang juga Edward tersenyum-senyum sendiri bila keduanya sedang membicarakan hal-hal yang lucu.

Sementara itu, Emilda juga seorang yang dapat dikatakan introvert. Gadis itu merasa tidak nyaman di tengah keramaian dan takut untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Tetapi, Edward melihat sisi lain dari Emilda. Seorang remaja yang ceria dan penuh dengan lelucon. Bukan juara kelas yang pemalu, polos, dan pendiam seperti yang dilihat kebanyakan orang. Emilda merasa nyaman ketika Edward berada di sekitarnya, begitu juga dengan Edward.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun