Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Naratif: Angin Sore

20 Juli 2022   17:45 Diperbarui: 20 Juli 2022   17:49 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Angin sore terasa panas.aku membawa langkahku dalam kota yang masih sibuk. Seakan hari belum selesai. 

Beberapa kendaraan berlomba cepat dan saling desak. Angin sore menerpa kepala. Mengendap di tubuh. Angin sore menjalar ke tepian kota. 

Mereka bilang, kita sedang menyiapkan malam. Bulan tak akan diundang. 

(Nanti , langit malam membuka kamar jiwa yang membawa sisa angin sore)

Aku menyimpan langkahku. Menepi ke dermaga kecil. Tempat bertaut semua perahu kecil. Ah,  di sini angin sore terasa begitu jinak dan  merdu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun