Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan di Belakang Rumah

28 Desember 2021   00:14 Diperbarui: 28 Desember 2021   00:31 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan di Belakang Rumah

*****

("Hujan itu rindu yang menari nari".TS )


Sepi kemarin masih mencekik
dendam pilu masih menukik
tiada yang meredam
suara suara panik
di batang otak.

Sepi seperti menjerat leher,
dan hujan berbaris baris di mataku
seperti ingin mengajak bermain,
atau ia mengejekku. Hujan meliuk liuk.

Hujan itu berlarian membentuk
ikatan ikatan dan tarian
dari gelagat angin.  

Suara menggelegar membakar menara sepi. ada secangkir kopi yang telah dingin, tumpah,  sisa irisan irisan hujan menyekap halaman depan rumah.

Di belakang,  hujan masih berlarian, berkejaran,    berbaris baris,  menyadap ingatan.

***
dalam kumpulan Berburu Hujan:
https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/60f914717aa9783d350b59d2/berburu-hujan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun