Mungkin... mungkin dia kaget?
Mungkin dia butuh waktu untuk mencerna ini semua?
Tapi kalau memang begitu, bukankah seharusnya dia tetap mengatakan sesuatu?
Apakah Ardi tidak menginginkan anak? Apakah selama ini dia hanya pura-pura menantikan kehamilan?
Seketika itu, tubuhnya terasa dingin.
Mungkinkah ada alasan lain? Sesuatu yang lebih buruk?
Nia menutup mulutnya dengan tangan, menahan isakan yang nyaris lolos. Tidak, tidak mungkin. Ardi bukan tipe laki-laki yang akan melakukan hal seperti itu. Bukan orang yang akan pergi mencari tempat lain untuk melarikan diri dari tanggung jawab. Tapi... kalau bukan itu, lalu apa?
Langit mulai beranjak siang. Matahari yang tadi hangat kini terasa menusuk, tapi ruangan itu tetap terasa hampa dan dingin.
Nia mencoba menenangkan diri dengan membaca buku. Tangannya meraih novel yang sejak lama tergeletak di meja samping, tapi kata-kata di halaman pertama pun tak bisa ia cerna. Ia menutupnya kembali, mendekapnya di dada, dan menatap langit-langit yang berwarna putih kusam.
Jam berdetak pelan. Waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.
Saat suara motor terdengar di luar rumah, dadanya langsung mencelos.