"Lalu di mana janinnya sekarang?" suara Mbah Karsa menekan, membuat Rahayu terdiam sejenak.
Ia ingin menjawab, tetapi ia juga tahu bahwa ini bukanlah pertanyaan yang mudah. Secara medis, ini mungkin suatu kondisi yang sangat jarang, tetapi ia masih belum bisa memberikan kepastian.
Sari mengangkat wajahnya, suaranya lirih, nyaris seperti desisan angin. "Aku... aku merasa seseorang mengambilnya dalam tidurku."
Bayu menegang.
"Sari, itu hanya mimpi," kata Rahayu lembut.
"Benarkah?" suara Mbah Karsa bergetar. "Atau mungkin... itu lebih dari sekadar mimpi?"
Kegelisahan menyebar seperti kabut di ruangan itu.
Bidan Rahayu tahu ia kehabisan waktu. Ia butuh bukti. Sesuatu yang nyata. Ia berlutut di samping Sari, membuka tas medisnya.
"Aku akan memeriksa tubuhmu, Sari. Aku yakin akan menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan ini."
Sari tampak ragu, tetapi anggukan kecil dari Bayu membuatnya menurut. Dengan hati-hati, Rahayu mulai memeriksa.
Saat ia menekan perut Sari, ia merasakan sesuatu. Hal yang seharusnya tidak ada jika memang Sari mengalami keguguran atau kondisi medis lain yang ia duga. Sesuatu yang terasa... aneh.