Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Misteri Janin yang Raib

17 Februari 2025   22:27 Diperbarui: 22 Maret 2025   19:30 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi janin yang raib (Sumber: Meta AI)

"Ini bukan pertama kalinya kita membiarkan ketakutan menguasai kita," katanya pelan, tetapi cukup keras untuk didengar semua orang. "Dulu, saat musim paceklik datang, kalian bilang hantu hutan yang mencuri panen. Saat seseorang jatuh sakit mendadak, kalian bilang ada santet. Dan sekarang, ketika sesuatu yang sulit dipahami terjadi, kalian langsung menyalahkan makhluk halus."

Mbah Karsa menatapnya dengan tajam, tetapi tidak membantah.

Rahayu berbalik, menatap Sari yang masih terlihat shock. "Sari, kau merasa janinmu menghilang tiba-tiba. Tapi kenyataannya, ada kondisi medis yang bisa menjelaskan ini."

Sari menatapnya dengan mata kosong.

"Kau mengalami pseudocyesis—kehamilan palsu. Ini terjadi ketika tubuh dan pikiran benar-benar percaya bahwa kau sedang hamil. Gejalanya nyata: perut membesar, payudara berubah, bahkan kau bisa merasakan tendangan janin yang sebenarnya tidak ada."

Warga terdiam.

"Tapi aku melihatnya," bisik Sari. "Aku merasakan janin itu di dalam tubuhku..."

"Itu karena tubuhmu bereaksi terhadap keinginan dan tekanan yang besar," kata Rahayu lembut. "Dan ketika kau mengalami stres mendadak—karena mitos, ketakutan, atau hal-hal yang dikatakan orang lain—tubuhmu berhenti mempertahankan ilusi itu. Itulah sebabnya kau merasa janinmu tiba-tiba lenyap."

Bayu menggenggam tangan Sari lebih erat. "Jadi... Sari tidak pernah benar-benar hamil?"

Rahayu mengangguk. "Bukan dalam arti sebenarnya."

Mbah Karsa mendengus. "Itu hanya omong kosong. Bagaimana kau menjelaskan rasa sakitnya? Bagaimana kau menjelaskan selendang berdarah di hutan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun