Mohon tunggu...
Taufiq Hidayat
Taufiq Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Kopi

Canda untuk luka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatas Rindu

14 Juni 2021   19:19 Diperbarui: 14 Juni 2021   19:29 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian ini aku mulai,dari seperti apa aku bisa bertemu dengan doi yg aku gambarkan demikian yg sangat berbanding terbalik.

Aku awali dari cerita sewaktu menjadi korlap ospek kampus universitas di Kota Bunga,kalau boleh nyebut sih kota kenangannya pelajar

Menjadi seorang mahasiswa memanglah tak mudah,banyak sekali pertempuran mental di sana ya,demikian aku menyebut. Pertempuran antara hati,otak juga pergerakan mahasiswa bertemu menjadi sebuah kerinduan.

Biasanya sewaktu ngopi santuy di kantin meja pojok fakultas,mata ini tak pernah berhenti menatap setiap maba yg masuk satu per satu. Ya di kampus kami dibiasakan maba wajib menyapa senior. Bentuk budaya yg mungkin asing bagi maba di tahun-tahun ini atau bahkan fakultas yg lain. Senioritas begitu melekat di kampus kami. Tatapan ku berhenti pada seorang perempuan yg begitu menawan hati,saat yg lain mungkin acuhkan sebab doi tak bertubuh ideal,tak berparas menarik namun bagi ku ada sisi lain yg begitu membuat hati ingin berjuang demi bahagia senyum tawa dia.

Singkatnya doi itu bernama Nabilah,pertemuan kami serasa begitu berkesan,saat banyak mahasiswi begitu idolakan sosok berto,justru hanya anak ini saja yg dengan lantang menolak jabat tangan pertemanan.

Sungguh menarik,sungguh berbeda pada perempuan lain. Namun aku tak begitu saja menyerah dengan mudah. Perjuangan ku beljm berakhir di sini saja,tak pantang nyerah aku mencoba mencari lokasi doi ngekost,setelah bertanya sana sini ku dapati lokasi doi berada tak jauh dari tempat aku bekerja sebagai peracik kopi di sebuah warkop yg cukup terkenal di kota tersebut. Mungkin beberapa teman,yg biasa ngopi malam sambil diskusi sama teman-teman aktivis lain tak asing dengan nama Abang kopi,ya doi ngekost di sana cuy. Setiap mau memulai aktivitas aku sempatkan buat sekedar berjalan saja hanya melewati depan kost nya. Betapa sungguh luar biasa,hanya sekedar melihat gerbang kost yg tinggi seperti sekolah nusakambangan katanya sih,hati ini sudah bergetar sangat mendalam. Setiap hari aku lakukan itu tak terasa genap 1bulan aku rutin lakukan itu semua. Namun kali ini ada yg berbeda,treatment yg agak mencuri perhatian mulai aku jalankan. Hahaha,ya aku mulai memanggil namanya sambil berlari hingga setelah seminggu aku lakukan itu doi keluar sambil melempar ember kosong,dilemparkan ke kepala sama teriak. 'Woy,udah kalau gila jangan bikin rusuh di sini,tiap hari jalan ngamati kost ku mau apa kamu? Sekarang malah pake teriak teriak segala. 

Wkwkwwkw,hanya ketawa aja sih soalnya seru habis bisa buat doi marah sampai segitunya. Mungkin kita bakal lakukan hal itu saat mulai rasakan cinta.

3 bulan berjalan,aku mulai lelah lakukan hal tersebut,dan anehnya doi malah mulai mencari . Kenapa ya sama tuh anak gila? Kok bisa ya gak muncul lama,apa dia udah pindah tempat kerja,di kampus juga udah gak pernah terlihat ngopi di kantin lagi.

Nabilah,mencari keberadaan berto,yg emang susah banget dicari,bahkan hampir beberapa teman emang gak ada yg tahu akan hal tersebut

Berto,dalam benak hati Nabilah,'apa kamu mulai lelah? Nyatanya aku sekarang mulai ada perasaan pada mu. Yap,berto sedang dalam pengejaran beberapa teman-teman organisasi eksternal di kampus kami biasa menyebut organisasi selain BEM dengan begitu. Berto emang berulah,pasalnya dia korlap yg menentang adanya sistem wajibkan maba ikut ormek kala itu,hingga dia juga mendatangi beberapa ormek di mabes mereka masing- dan menantang duel,meski doi sendiri namun jangan pernah sepelekan kemampuan doi dalam bertarung. Jika melihat prestasi sewaktu duduk di bangku SMP hingga SMA doi emang juara wiralaga mewakili sekolah hingga sering kali digadang untuk mewakili kota dalam ajang turnamen tingkat pelajar. Selaim itu dia bertarung juga untuk kehidupan,seringkali juga ikut kompetisi tarung bebas hanya demi biar bisa makan sekeluarga. Jadi kalau perkara berantem boleh lah kemampuan berto diadu,bahkan dia rela berguru hingga ke banten hanya buat belajar silat juga beberapa ilmu debus dikuasainya. Kalau ditanya sih,alasan berto sangatlah konyol kenapa sampai segitunya dibela? Ya aku hanya ingin menjadi seoranh hokage. Dulu,sewaktu maba aku pernah djtanya seorang senior. Apa motivasi mu ingin menjadi mahasiswa di kampus ini? Aku menjawab ingin menjadi hokage. Memanvmg konyol, aneh, namun semua itu aku lakukan hanya demi sebuah perubahan. Kala itu cara berpikir ku bahwa ingin menjadi seorang pengendali sistem mahasiswa maka kamu harus menjadi pemegang sistem itu,nah karena masih polos belum ngerti cafa berpolitik ala kampus. Aku mengira seperti pasar yang mana pemimpin dipilih dari dia yang kuat tarung,berwibawa juga bijak dalam atasi problem hanya saja cara menjadi penguasa pasar diharuskan mampu bertarung dan menjadi pemenang barulah kau akan menjadi pimpinan pasar.

Dari alasan itu berto menjadi buronan,hingga akhirnya dia kembali namun rekanan ormek sudah tak hiraukan lagi. Sebab,mereka hanya pandai berpolitik saja tak jago soal perkelahian fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun