Perbincangan sangatlah singkat. Nabilah bertanya Bagaimana kabarmu Berto?,tanya Nabilah.
Kabarku baik saja,jawab Berto.
Kayaknya hubungan kita sudah tak dapat lagi diteruskan Berto maafkan aku,begitu singkat kata yg dilepaskan oleh Nabilah,namun kata itu sangatlah membuat air mata itu tak dapat dia hentikan begitu saja.Â
Kejadian itu bulan Juni kondisi jalan sedang sangatlah sepi sebab hujan turun sangat jelas namun air mata Berto mengucur bahkan lebih deras melawan hujan.
Ya,aku lepaskan. Bersemangatlah berjuang sayang. Entah kapan aku akan tetap menjaga ikatan ini,meski kau mungkin akan lupakan aku akan tetap.
Tak ada alasan yang dia dapatkan dari kwpergian Nabilah,hanya saja Berto melihat jari manis Nabilah sudah terlilit sebuah ikatan janji.
Ya,benar sewaktu Nabilah mengunjungi Berto Nabilah datang berpakaian rapi sepertinya Nabilah telah mendapatkan kerja yg sesuai,terlihat caranya berdandan seperi dari karyawati perusahaan BUMN yg bergerak di bidang finansial perbankan.
Berto saat itu masih duduk di semester 13 sedangkan Nabilah sudah bekerja,Berto masih geluti dunia mahasiswa penuh drama politik di dalamnya sedangkan Nabilah penuh akan trik kapitalis.
Tak terasa jam sudah tunjukkan pukul 01.00 mata masih sulit dipejamkan,akibat efek kopi yg dicampur panadol oleh Berto,dia overdosis akan kebiasaan buruk yg sudah hampir 3tahun terakhir dia jalani.
Rasa candu akan hal itu,membuat dia insomnia.
Aaaashh,wuuussh dihembuskan asap rokok lintingan yg biasa dihisap Berto. Jika aku mengingat beberapa bagian kisah hidupku ini yg begitu sangatlah sulit aku jalani.