Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Leo XIV, Damai Baru dari Balkon Vatikan

9 Mei 2025   08:43 Diperbarui: 9 Mei 2025   10:32 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Leo XIV: Tempo

"La pace sia con tutti voi..."---damai bagi kalian semua. Kalimat itu meluncur pelan namun pasti dari bibir seorang pria bersorban putih dan berjubah bordir emas di balkon tengah Basilika Santo Petrus. Suaranya tak menggelegar, tak mencoba mendominasi kerumunan. Tapi justru karena kelembutannya, kalimat itu masuk begitu dalam ke hati siapa pun yang mendengarnya. 

Ada semacam kehadiran yang hening, tenang, dan dalam: seorang Paus baru telah dipilih. Dunia pun kembali bersaksi---Habemus Papam.

Namanya: Robert Francis Prevost. Nama kepausannya: Leo XIV.
Bagi umat Katolik, momen ini bukan sekadar peristiwa seremonial. Pemilihan Paus selalu membawa gaung spiritual yang mendalam, karena ia bukan sekadar pemimpin institusional Gereja, melainkan simbol kesatuan, gembala semesta, dan suara moral dunia.

Satu Nama, Banyak Makna

Mengapa Leo?
Pertanyaan ini muncul begitu cepat setelah nama itu diumumkan. Dalam tradisi kepausan, pilihan nama bukanlah keputusan acak. Ia mencerminkan inspirasi, niat, dan arah pastoral dari Paus yang baru terpilih.

Dengan memilih nama Leo XIV, Paus Prevost tampaknya ingin berdiri dalam jejak dua figur besar:
Paus Leo I (440--461), dijuluki Magnus (Agung), adalah tokoh yang menghadapi invasi Attila the Hun bukan dengan senjata, tetapi dengan keberanian diplomatik dan keyakinan iman. Ia juga dikenal memperkuat peran moral kepausan sebagai penjaga ortodoksi di tengah gejolak zaman Romawi akhir.

Paus Leo XIII (1878--1903), pemikir besar modern Katolik, menggagas ensiklik sosial Rerum Novarum yang untuk pertama kalinya secara eksplisit membela hak-hak buruh, mengkritik ketimpangan kapitalisme, sekaligus menolak sosialisme ateistik. Ia membuka jalan bagi keterlibatan Gereja dalam isu-isu sosial modern.

Dengan menghidupkan nama Leo, Paus Prevost seolah menyampaikan dua pesan: bahwa ia ingin memimpin dengan keberanian di tengah krisis, dan bahwa ia peduli pada keadilan sosial serta martabat manusia. Nama Leo adalah nama singa, namun juga nama seorang gembala.

Dari Chicago ke Roma

Robert Francis Prevost lahir di Amerika Serikat, dan merupakan anggota Ordo Santo Agustinus---ordo yang menekankan persaudaraan, pencarian kebenaran bersama (veritas), dan kehidupan komunitas. Ia bukan "putra Kuria Roma", bukan juga tokoh populer media. Sebelum menjabat di Vatikan, ia dikenal sebagai uskup dan pembimbing spiritual yang dekat dengan umat dan mendalam dalam refleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun